TEMPO.CO, Manggarai Barat - Bak peramal kartu tarot, Filnitris Arwiwin Ule menggelar 18 kartu di depan Maria Rume Lahat. Dia meminta Maria memilih satu kartu. Maria membuka kartu pilihannya, gambar alat suntik. "Apa gunan jarum suntik? (jarum suntik ini untuk apa?)," kata Filnitris kepada Maria pada akhir November 2020.
Begitu terus sampai Maria memilih kartu dengan gambar lain. Seperti bermain teka-teki, Filnitris selalu bertanya setiap kali Maria membuka kartu. Inilah cara Filtrinis berbagi pengetahuan tentang pencegahan stunting kepada masyarakat. Durasi permainan kartu ini tidak lama, tak sampai 15 menit karena para pesertanya bermain sambil mengendong anak, menyusui, masak, dan melakukan pekerjaan rumah lainnya.
Baca Juga:
Filnitris adalah bidan yang 1 tahun terakhir bertugas di Puskesmas Warsawe, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Siang itu untuk pertama kalinya ia membawa 18 kartu yang memiliki 6 gambar berbeda saat berkunjung ke rumah Maria, seorang ibu dengan 3 anak. Selain gambar jarum suntik, ada pula gambar sayur buah, ibu menyusui, tablet penambah darah, vitamin a dan obat cacing, serta terakhir gambar cuci tangan.
Walaupun gambar yang terbuka ada yang berulang, namun Filnitris dengan sabar meminta Maria menjawab makna semua kartu. Pengulangan gambar yang disajikan di kartu harapannya bisa membuat Maria lebih ingat soal pentingnya 6 langkah pencegahan stunting untuk buah hati.
Selain kartu itu, Filnitris juga membawa sebuah poster pintar yang bisa ditempel di dinding rumah Maria. 6 gambar dalam permainan kartu itu pun ada di poster pintar. Poster pintar sendiri berisi ukuran tinggi anak dari 0 hingga 2 tahun. Ada bagian ukuran tinggi anak yang disesuaikan dengan usianya. Selain bermain tebak-tebakan kartu, Maria diharapkan bisa mengukur tinggi anaknya yang masih berusia 1 tahun secara berkala.
Sebuah keluarga bermain kartu di atas poster pintar pada 23 November 2020. Kegiatan ini diinisiasi 1000 Days Fund dan diukung oleh Roche Indonesia. Tempo/Mitra Tarigan
Mengukur tinggi badan dan usia anak merupakan salah satu acuan menentukan apakah anak mengalami stunting alias gagal tumbuh. Masalah kesehatan stunting menjadi sorotan di Nusa Tenggara Timur. Maklum, jumlah penderita stunting di NTT mencapai 43,20 persen. Jauh lebih tinggi dibanding angka stunting nasional sebanyak 27,67 persen. Bahkan menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka stunting di atas 20 persen sudah tergolong kronis.