TEMPO.CO, Jakarta - Memasarkan sesuatu lewat jasa influencer biasanya berjalan dengan salah satu dari dua cara, menghasilkan kesuksesan yang gemilang dengan hasil mengejutkan atau justru berakhir dengan kegagalan dan perusahaan butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk pulih.
Dilansir melalui Entrepreneur, sebuah survei pada 2019 melaporkan sekitar 17 persen perusahaan yang disurvei berencana menghabiskan 50 persen anggaran pemasaran untuk influencer pada 2020. Influencer marketing nyatanya membuat balik modal positif dan 90 persen pemilik bisnis menganggap hasil dari metode pemasaran ini lebih baik daripada atau sebanding dengan sebagian besar saluran pemasaran lain.
Namun, masalah akan muncul ketika influencer marketing keliru. Fakta bahwa sistem pemasaran ini bergantung pada sifat viral dari konten media sosial, berarti pekerjaan yang buruk dapat sangat mudah membunuh citra sebuah merek. Kiat di bawah ini dimaksudkan untuk memandu pemilik bisnis dan pemasar untuk melakukan influencer marketing dengan tepat.
Buat garis besar tujuan iklan
Sasaran iklan atau kampanye adalah pedoman yang dapat dibuat saat memilih untuk berinvestasi di influencer marketing. Targetnya mungkin mendapatkan brand awareness, pengikut di media sosial, konten, penjualan, atau unduhan aplikasi, atau pelanggan yang berlangganan buletin dan email.
Jika target Anda misalnya kreasi konten, akan jauh lebih bermanfaat untuk mencari influencer dengan produksi konten yang bagus, memiliki keterampilan desain, atau keterampilan fotografi. Alasannya sederhana, orang akan menilai berdasarkan konten yang diunggah secara teratur di platform tempat diiklankan.
Jika target Anda adalah brand awareness, jangkauan menjadi metrik yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Namun, cara mendefinisikan dan mengidentifikasi jangkauan yang relevan adalah hal berbeda dengan memilih influencer yang tepat.
Pilih influencer yang tepat
Iklan Pepsi yang melibatkan Kendall Jenner pada 2017 adalah kegagalan epik dan menyoroti beberapa kesalahan yang dilakukan tim pemasaran perusahaan. Iklan tersebut mencoba mempromosikan keberagaman dengan menampilkan Pepsi sebagai simbol keberagaman dan memberikan dukungan untuk gerakan BLM.
Pilihan mereka atas Kendall, seorang wanita kulit putih sebagai "pahlawan" pada iklan membuat marah banyak orang dan menyebabkan Pepsi mencabut iklan tersebut dengan permintaan maaf.
Metrik utama yang harus dipertimbangkan saat memilih influencer adalah jangkauan, tingkat jangkauan, relevansi, keaslian, kualitas konten, frekuensi konten, keandalan, kualitas pemirsa, dan nilai influencer. Jangkauan berbicara tentang ukuran audiens yang dimiliki influencer dalam hal pengikut, tetapi kekuatan jangkauan influencer ditentukan oleh tingkat rangkulan mereka.
Influencer ideal adalah tokoh yang dianggap sebagai ahli di ceruk yang relevan, yang telah membangun kepercayaan dan loyalitas di antara para penggemar dan pengikut di media sosial serta figur yang menjaga kedekatan dengan pengikut.
Hindari penipuan influencer
Banyak pemasar baru di bidang influencer marketing tidak menyadari banyak penipuan. Menghindari situasi seperti ini adalah kunci sukses di era ini. Salah satu cara terbaik untuk menghindari penipuan influencer adalah mencoba mencari tahu sumber kedekatan.
Jika influencer memiliki sangat sedikit konten yang diunggah dibandingkan dengan pengikut mereka atau jika tingkat kedekatan pengikut sangat rendah, ini merupakan peringatan.
Buatlah penawaran yang realistis
Pada 2018, merek pakaian Sunny Co. memulai kampanye pemasaran di Instagram untuk mempromosikan edisi baju renang bertema Baywatch, The Pamela. Tawaran promosi mereka menjanjikan pakaian renang untuk semua orang yang mengunggah ulang konten dan menandainya di media sosial resmi mereka dalam 24 jam pertama. Tidak disangka iklan tersebut menjadi viral dengan lebih dari 30.000 orang berpartisipasi dalam beberapa jam.
Sunny Co. tidak dapat memenuhi tawaran yang mereka ajukan dan pada akhirnya dicabut, menyatakan mereka berhak untuk membatasi tawaran tersebut. Hal ini menyebabkan malapetaka pemasaran untuk brand karena pelanggan mengamuk di internet adalah mimpi buruk untuk perusahaan manapun.
Meskipun ini bukan bentuk influencer marketing, banyak merek diketahui masih melakukan penawaran melalui influencer. Menghindari peristiwa seperti ini wajib dilakukan karena dapat merusak brand dan kepercayaan pelanggan di masa datang. Lebih aman menepati janji yang bisa dipenuhi.
Influencer marketing mungkin merupakan model baru, tetapi hal itu tidak boleh dianggap remeh. Konsep ini harus diuji, diteliti, dan dievaluasi sebelum merek atau perusahaan apa pun terlibat di dalamnya.