TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi COVID-19 kini menjadi momok bagi masyarakat Indonesia. Perlu penanganan khusus untuk dapat menekan jumlah kasus positif dan meninggal dunia. Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu cara dan upaya agar pandemi ini perlahan-lahan berkurang.
Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) berkolaborasi dengan Persit Kartika Chandra Kirana, Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Universitas Prima Indonesia (UNPRI), KREKI dan Indonesia Healthycare Forum (IHCF) mengadakan bincang-bincang virtual bertajuk "Vaksin COVID-19, Tak Kenal Maka Tak Kebal. Komorbid, Bolehkah?" Bincang-bincang ini diselenggarakan dengan maksud memberikan edukasi pada masyarakat tentang vaksinasi COVID-19.
Ketua umum YKPI, Linda Agum Gumelar, menyambut baik acara ini karena secara tidak langsung dapat menjawab banyak pertanyaan dari para penyintas kanker payudara dalam menyikapi bahaya pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung lebih dari sembilan bulan.
"Kami langsung bereaksi dan bertindak karena memang sebenarnya bagi para penyintas kanker, termasuk kanker payudara, baik yang sudah berobat atau sudah selesai tahapan pengobatannya. Kami terus bertanya-tanya bagaimana dengan kami, sehingga butuh penjelasan dan informasi yang tepat dan akurat," ujar Linda.
Melihat angka penambahan kasus positif COVID-19 yang semakin bertambah, pemerintah perlu memikirkan cara guna menekan angka penularan. Sekertaris Jendral Kementerian Kesehatan RI, drg. Oscar Primadi, mengungkapkan pemerintah terus berupaya untuk memutus rantai penularan COVID-19. Salah satunya dengan penyebaran vaksinasi.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19, Simak Tips Mengatasi Rasa Takut pada Jarum Suntik
Pemerintah menjadikan penyebaran vaksinasi ini sebagai strategi penanggulangan pandemi ini. Dan tentunya kami yakin vaksinasi bukan hanya satu-satunya tetapi adalah satu bagian yang akan berpengaruh besar terhadap upaya keseriusan kita bersama dalam menanggulangi pandemi COVID-19," ungkap Oscar lewat rilis yang diterima Tempo.co.
Vaksinasi COVID-19 memang menjadi salah satu cara penanggulangan agar pandemi COVID-19 tidak menyebar luas. Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin telah didistribusikan dan prioritas utama pemberian vaksin diberikan kepada para tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan dalam melawan virus COVID-19.
Kepala Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD, Sp.MK (K) memaparkan vaksinasi memiliki manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan risiko yang akan diterima. Untuk itu, tidak perlu khawatir untuk divaksin karena ini merupakan salah satu cara untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.
"Sederhananya kita membandingkan dua hal, manfaatnya dan risikonya. Semua vaksin pasti ada kedua hal tersebut. Tentu kita harapkan bahwa manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya. Apa saja risiko yang mungkin dihadapi seseorang ketika vaksinasi, minimal sakit pada waktu disuntik, itu merupakan salah satu risiko namun bisa diterima dan diabaikan," kata Amin.
"Manfaat itu yang kita rasa saat ini sangat besar. Di satu sisi kita tidak melihat satu risiko yang serius tetapi kalo vaksinasi ini bisa berhasil dan diterima maka kita bisa melindungi orang yang divaksinasi dan kita bisa melindungi orang yang karena sesuatu hal tidak bisa di vaksinasi. Karena pasti ada beberapa orang yang tidak bisa divaksinasi, mereka tentu butuh perlindungan, siapa yang melindungi? Tentu yang mampu melindungi adalah orang yang divaksinasi," tambah Amin.