Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Radang Usus Kronis Sering Dianggap Sebagai Diare, Cek Bedanya

Reporter

image-gnews
Ilustrasi wanita memegang perut. Pixabay.com/Natasya Gepp
Ilustrasi wanita memegang perut. Pixabay.com/Natasya Gepp
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Inflammatory bowel disease (IBD) masih dianggap sepele oleh masyarakat karena gejala yang mirip diare. Padahal, peradangan usus kronis ini bisa menyebabkan komplikasi kematian.

IBD merupakan sekelompok penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan pada usus kecil dan besar, di mana elemen sistem pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. IBD ditandai dengan peradangan saluran cerna berulang yang disebabkan oleh respons imun yang abnormal terhadap mikroflora usus. Namun, secara klinis IBD sering secara keliru disamakan dengan irritable bowel syndrome (IBS).

Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, Sp.PD-KGEH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastroenterologi Hepatologi RSCM-FKUI mengatakan IBD dan IBS adalah dua gangguan pencernaan yang berbeda meskipun perbedaan keduanya dapat membingungkan banyak orang.

"Baik IBD maupun IBS menyebabkan sakit perut, kram, dan diare. Namun IBS masih diklasifikasi sebagai gangguan fungsional dan tidak menimbulkan peradangan, sedangkan IBD sudah diklasifikasi sebagai gangguan organik yang disertai dengan kerusakan pada saluran cerna," kata Murdani.

"IBD tentu lebih berbahaya karena dapat menyebabkan peradangan yang merusak dan kerusakan ini bisa bersifat permanen pada usus, bahkan salah satu komplikasinya bisa meningkatkan risiko kanker usus besar," ujarnya.

IBD memiliki dua tipe, yakni Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease. Pada UC terjadi peradangan dan luka di sepanjang lapisan superfisial usus besar dan rektum sehingga sering merasa nyeri di bagian kiri bawah perut. Sedangkan CD terjadi peradangan hingga lapisan saluran pencernaan yang lebih dalam sehingga sering merasa nyeri di bagian kanan bawah perut namun pendarahan dari rektum cenderung lebih jarang.

Baca juga: Makanan Organik Merangsang Pertumbuhan Bakteri Baik di Usus

Murdani mengatakan gejala penyakit radang usus berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan peradangan dan lokasi terjadinya peradangan. Baik UC dan CD memiliki tanda dan gejala umum yang perlu diwaspadai, seperti diare, kelelahan, sakit perut dan kram, nafsu makan berkurang, darah pada feses, dan penurunan berat badan.

"Pada dasarnya penyebab IBD belum diketahui jelas. IBD ini tentu disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh. Namun, kesalahan pada diet dan tingkat stres berlebih juga bisa memicu terjadinya IBD. Faktor keturunan juga berperan dalam IBD meskipun angka penderitanya sangat sedikit," ujar Murdani.

Dalam perkembangannya, IBD yang dibiarkan bisa memperparah kondisi pasien akibat komplikasi yang ditimbulkan. Pada UC, penderitanya bisa mengalami toksik megalokon (pembengkakan usus besar yang beracun), perforated colon (lubang pada usus besar), dehidrasi berat, dan meningkatkan risiko kanker usus besar.

Pada CD, penderitanya bisa mengalami bowel obstruction, malnutrisi, fistulas, dan anal fissure (robekan pada jaringan anus ). Jika kedua jenis IBD ini dibiarkan bisa menciptakan komplikasi seperti penggumpalan darah, radang kulit, mata dan sendi, serta komplikasi lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dr. Rabbinu Rangga Pribadi, Sp.PD, spesialis penyakit dalam RSCM-FKUI menyatakan dalam praktiknya pengobatan IBD sangatlah dinamis karena proses penyakitnya yang juga dinamis. Artinya, di satu waktu IBD dapat terkontrol dengan obat serta diet namun di waktu lain penyakit tersebut dapat kambuh.

"Pada dasarnya, kesulitan pertama yang paling sering dihadapi adalah memastikan diagnosis pada pasien tersebut apakah IBD atau radang usus yang disebabkan infeksi lainnya. Kesulitan kedua yang juga paling sering dihadapi adalah terbatasnya akses pasien terhadap agen biologik karena masalah biaya," kata Rabbinu.

Kesadaran dan pengetahuan tentang IBD sangat diperlukan, bagi pasien, keluarga, perawat, dan masyarakat luas agar kesadaran terhadap bahaya IBD semakin meningkat. Saat didiagnosis IBD, pasien perlu memahami proses peradangan pada penyakit ini dapat mereda jika berkomitmen menjalani pengobatan dan modifikasi gaya hidup dengan pola makan yang sesuai dengan tingkatan IBD serta berolahraga.

Disarankan pula untuk berkumpul dengan pasien-pasien IBD lain untuk dapat saling berbagi pengalaman dan saling menguatkan. "Perlu ada edukasi berkelanjutan untuk mendidik berbagai pihak bahwa beban penyakit ini terus meningkat," kata Rabbinu.

Sementara itu, Prof. dr. Marcellus Simadibrata, Ph.D, Sp.PD, KGEH, FACG, FASGE, Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastroenterologi Hepatologi RSCM-FKUI, mengatakan perlu ada pemeriksaan yang benar bagi pasien IBD. Diagnosis IBD ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, temuan patologi, radiologi, endoskopi (untuk Crohn’s Disease), dan kolonoskopi (untuk kolitis ulseratif/UC).

"Pemeriksaan laboratorium juga bisa dilakukan untuk membantu meskipun yang utama dalam penegakan diagnosis. Misalnya seperti tes untuk anemia atau infeksi dan stool studies (tes darah atau organisme tersembunyi seperti parasit dalam feses)," kata Marcellus.

Tatalaksana penyakit IBD bisa lewat terapi obat, operasi pembedahan, atau kombinasi keduanya. Bisa dilakukan terapi simtomatis, terapi step-wise, atau intervensi pembedahan.

"Beberapa jenis obat dapat digunakan untuk mengobati IBD, seperti aminosalisilat, kortikosteroid seperti prednison, dan imunomodulator. Beberapa jenis vaksinasi direkomendasikan juga bagi pasien IBD sebagai bentuk pencegahan infeksi," ujar Marcellus.

Ia juga mengatakan IBD yang kronis mungkin memerlukan pembedahan untuk mengangkat bagian saluran pencernaan yang rusak. Tetapi dengan adanya kemajuan dan inovasi dalam pengobatan dengan obat-obatan, tindakan pembedahan sudah jarang dilakukan sejak beberapa tahun belakangan.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sering Disisihkan dari Piring Makan karena Pahit, Ketahui Manfaat Luar Biasa Pare

2 hari lalu

Ilustrasi oseng pare tempe. Cookpad/Tri Yunianti
Sering Disisihkan dari Piring Makan karena Pahit, Ketahui Manfaat Luar Biasa Pare

Pare merupakan salah satu sayuran yang menyimpan beragam manfaat kesehatan yang luar biasa.


10 Langkah Tangkal Peradangan Penyebab Penyakit Kronis

8 hari lalu

Ilustrasi pria makan sehat atau sayur. shutterstock.com
10 Langkah Tangkal Peradangan Penyebab Penyakit Kronis

Peradangan bisa memicu berbagai penyakit kronis bila didiamkan, seperti penyakit jantung dan kanker. Namun, ada cara untuk mencegahnya.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

8 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.


Macam Pemicu Heartburn, Termasuk Makan sebelum Olahraga

13 hari lalu

Gangguan asam lambung yang menyerang kerongkongan.
Macam Pemicu Heartburn, Termasuk Makan sebelum Olahraga

Berikut lima hal penting lain yang perlu diperhatikan untuk menangkal heartburn dan mengurangi gejalanya.


Cara Mudah Redakan Radang Gusi di Rumah

14 hari lalu

Ilustrasi dokter memeriksa mulut anak. intermountainhealthcare.org
Cara Mudah Redakan Radang Gusi di Rumah

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan di rumah untuk pengobatan sementara radang gusi. Salah satunya kompres air dingin.


Macam Penyakit yang Rawan Menyerang Anak di Masa Mudik Lebaran

17 hari lalu

Ilustrasi mudik bersama anak dengan sepeda motor. ANTARA
Macam Penyakit yang Rawan Menyerang Anak di Masa Mudik Lebaran

Dokter mengatakan anak berisiko diare selama mudik Lebaran akibat pola makan yang tidak teratur. Penyakit apa lagi yang juga mengintai?


Kaitan Kesehatan Usus Kecil dan Otak Menurut Psikiater

22 hari lalu

Ilustrasi usus. 123rf.com
Kaitan Kesehatan Usus Kecil dan Otak Menurut Psikiater

Kesehatan usus kecil memiliki kaitan dengan kesehatan otak. Berikut penjelasannya menurut spesialis kesehatan jiwa.


Tips Makan Enak tanpa Khawatir Masalah Pencernaan Saat Lebaran

24 hari lalu

Hidangan lebaran. ANTARANEWS
Tips Makan Enak tanpa Khawatir Masalah Pencernaan Saat Lebaran

Dokter spesialis penyakit dalam memberikan tips agar tetap bisa makan enak saat lebaran tanpa menimbulkan masalah pencernaan.


Sayuran Ini Layak Dimakan Setiap Hari karena Manfaat Supernya

27 hari lalu

Ilustrasi sop kembang kol. shutterstock.com
Sayuran Ini Layak Dimakan Setiap Hari karena Manfaat Supernya

Buat yang mau memperbanyak makan sayuran, kembang kol bisa jadi pilihan karena kaya nutrisi bermanfaat seperti serat, vitamin C, vitamin K, dan kolin.


Saran Pakar Tetap Makan Enak saat Lebaran tanpa Masalah Pencernaan

28 hari lalu

Ilustrasi Ketupat. shutterstock.com
Saran Pakar Tetap Makan Enak saat Lebaran tanpa Masalah Pencernaan

Berikut tips tetap bisa makan enak saat Lebaran tanpa menimbulkan rasa tak nyaman di pencernaan dari Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM.