TEMPO.CO, Jakarta - Virus Nipah menjadi perbincangan akhir-akhir ini. Saat pandemi Covid-19 masih memukul berbagai sendi kehidupan, virus Nipah menjadi sorotan karena ilmuwan di sejumlah Asia menyampaikan kasus yang terjadi di negaranya.
Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan virus Nipah pertama diketahui pada 1998 di Malaysia. Virus tersebut kemudian menyebar ke sejumlah negara, seperti Thailand, India, Singapura, Cina, dan Bangladesh.
Sebagaimana Covid-19 yang menyebar melalui perantara kelelawar, virus Nipah juga bertransmisi lewat kelelawar, khususnya kelelawar buah dan babi. "Infeksi virus Nipah adalah penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia, juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung dari orang ke orang," demikian tertulis di laman resmi WHO.
Seseorang yang terinfeksi virus Nipah akan merasakan gangguan pernapasan hingga peradangan pada jaringan otak hingga mengganggu kerja saraf atau ensefalitis. WHO menyatakan belum ada obat atau vaksin khusus virus Nipah.
Direktur Eksekutif Access to Medicine Foundation, sebuah nirlaba yang berbasis di Belanda, Jayasree K. Iyer mengatakan wabah virus Nipah yang terjadi di Cina, dengan tingkat kematian hingga 75 persenberpotensi menjadi risiko pandemi besar berikutnya. "Virus Nipah merupakan penyakit menular yang bisa meledak kapan saja," kata Jayasree K. Iyer seperti dikutip dari The Guardian.
Virus Nipah masuk dalam daftar sepuluh penyakit menular WHO yang memiliki risiko kesehatan terbesar. Di dalam daftar penyakit menular itu juga ada Mers dan Sars. Dua penyakit ini sama-sama dipicu oleh virus Corona yang memiliki risiko kematian lebih tinggi dari Covid-19, namun tidak terlalu mudah menular.
Kelelawar buah diduga menjadi inang alami dari virus Nipah. Masa inkubasi virus Nipah mencapai 45 hari. Artinya, jika dalam periode itu orang yang terinfeksi tidak menyadari kondisinya, maka virus ini dapat menyebar antarmanusia dengan jangka waktu yang cukup lama.
Baca juga: Apa Itu Virus Nipah, Babi dan Kelelawar Perantaranya
Virus Nipah dari kelelawar dapat menyebar ke berbagai hewan yang dikonsumsi manusia. Bisa juga lewat buah yang terkontaminasi virus Nipah dari kelelawar buah tadi. Dan transmisi virus dari manusia ke manusia. Bangladesh dan India adalah dua negara yang pernah mengalami pandemi virus Nipah yang diduga dipicu dari jus kurma.
Kelelawar buah keluar pada malam hari dan hinggap di pepohonan perkebunan kurma. Kelelawar itu mengambil sari buah dan meninggalkan kotoran setelahnya. Petani kemudian mengambil buah tersebut dan ini bisa menjadi awal kontaminasi virus ke manusia.
Secara alami, kelelawar buah hidup di hutan lebat dengan banyak pohon buah-buahan. Para peneliti menyimpulkan kebakaran hutan dan kekeringan memaksa kelelawar keluar dari habitat aslinya dan mencari makanan ke perkebunan di sekitarnya. Saat di bawah tekanan, kelelawar akan melepaskan lebih banyak virus, termasuk virus Nipah, karena stres.