Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Beser dan Sering Ngompol, Mungkin Anda Menderita Penyakit Ini

Reporter

image-gnews
Ilustrasi wanita di toilet. Shutterstock
Ilustrasi wanita di toilet. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir semua orang saat ini sedang fokus pada upaya penanganan pandemi Covid-19 sehingga perhatian terhadap kasus-kasus kesehatan lain seperti terabaikan. Padahal, berbagai risiko penyakit semakin ketat mengintai, salah satunya overactive bladder atau OAB, yang ditandai dengan sering buang air kecil, bahkan tanpa disengaja air seni keluar tak bisa ditahan alias ngompol.

Dalam beberapa waktu terakhir, kasus OAB banyak terjadi dan cenderung tidak mendapatkan prioritas berlebihan. Desiree Vrijens dari Pusat Universitas Maastricht di Belanda dan Francois Hervé dari Cliniques Universitaires Saint-Luc di Brussels dan Rumah Sakit Universitas Ghent, Belgia, mengkaji hubungan antara kecemasan, depresi, dan OAB, plus mengompol serta gejala yang timbul.

Mereka menemukan ada hubungan antara kecemasan, gejala depresi, dan kandung kemih yang terlalu aktif. Pandemi COVID-19 berdampak besar pada kondisi emosi dan psikis seseorang, termasuk meningkatkan kecemasan, depresi, isolasi sosial, dan berkurangnya akses ke fasilitas perawatan kesehatan. Meskipun pada sebagian orang OAB dianggap tidak berbahaya jika tanpa faktor yang memberatkan, ancaman infeksi virus corona dapat menjadi faktor risiko penyakit menjadi semakin berat.

Spesialis dan konsultan urologi wanita dan neuro-urologi, Harrina E. Rahardjo, dari Siloam Hospital Asri menjelaskan kandung kemih overaktif atau OAB sebenarnya merupakan masalah pada fungsi penyimpanan kandung kemih. Keluhan ini banyak terjadi dan mungkin terjadi kapan saja, bahkan risiko semakin meningkat saat pandemi COVID-19.

Keluhan OAB umumnya menyebabkan dorongan untuk buang air kecil secara mendadak dan tidak bisa dikontrol atau keluarnya urine tanpa disadari atau inkontinensia urine. Penyebab utama OAB terdapat kesalahan pengiriman sinyal antara otak dan kandung kemih. Otot kandung kemih berkontraksi terlalu awal walaupun kandung kemih belum penuh.

“Kontraksi ini memicu rasa ingin buang air kecil lebih sering dari biasanya," tutur Harrina.

Baca juga: 4 Cara Mencegah Anak Ngompol di Malam Hari

Hal itulah yang membuatnya menyarankan agar orang jangan menganggap sepele kebiasaan sering kencing atau beser. Ia menjelaskan ginjal berfungsi menyaring darah dan menghasilkan urine. Urine yang terbentuk lalu dialirkan menuju kandung kemih untuk ditampung sementara. Pada ujung kandung kemih terdapat sfingter (otot berbentuk cincin) yang menahan urine agar tidak keluar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Secara normal, ketika kandung kemih mulai penuh, otak akan mengirimkan sinyal menuju saraf kandung kemih untuk segera buang air kecil. Otot kandung kemih pun berkontraksi, sfingter terbuka, dan urine akhirnya keluar dalam proses buang air kecil," katanya.

Ada sejumlah kondisi penyebab OAB, yaitu gangguan saraf akibat stroke atau multiple sclerosis. Selain itu karena infeksi saluran kemih dengan gejala yang mirip kandung kemih overaktif, perubahan hormon selama menopause, dan kerusakan saraf akibat penyakit diabetes. Bahkan, bisa juga karena adanya tumor atau batu pada kandung kemih serta pembesaran prostat, sembelit, atau efek samping operasi dan konsumsi obat-obatan yang meningkatkan produksi urine.

"Dan mengonsumsi alkohol serta kafein atau terjadi penurunan fungsi kandung kemih seiring bertambahnya usia," Harrina menjelaskan sejumlah kondisi penyebab OAB.

Beberapa orang menganggap OAB sebagai gangguan dan umum dialami lansia. Meski demikian, hal ini bukan berarti boleh dianggap wajar. Jika gejala yang dialami mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, Harrina menyarankan segera ke dokter untuk konsultasi dan penyembuhan.

Dari sisi pengobatan, bisa melalui pemberian obat setelah ditemukan adanya OAB, penggunaan terapi dan alat. Contohnya penanganan latihan otot dasar panggul, lalu stimulasi saraf. Secara spesifik, penanganan OAB dapat dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Selanjutnya pemeriksaan tambahan, seperti cek urine, catatan harian berkemih (applikasi di playstore dan android), kuesioner bergejala, past void residual. Pasien juga harus menjalani pemeriksaan radiologi yaitu USG.

"Mencegah lebih baik daripada mengobati. Karenanya dengan terapi perilaku gaya hidup dan diiringi dengan mengurangi konsumsi kafein, menjaga berat badan, olahraga atau senam, dan berhenti merokok merupakan langkah yang ideal," ujar Harrina.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Seorang Wanita Cedera Ginjal setelah Meluruskan Rambut, Ini Sebabnya

8 jam lalu

Ilustrasi perempuan perawatan rambut di salon. Foto: Freepik.com/Prostooleh
Seorang Wanita Cedera Ginjal setelah Meluruskan Rambut, Ini Sebabnya

Seorang wanita muda mengalami cedera ginjal setelah melakukan pelurusan rambut di salon. Penyebabnya kandungan zat berbahaya pada produk.


Tips Persiapan Mudik untuk Ibu Hamil

9 jam lalu

Ilustrasi ibu hamil berdiri di antara pepohonan. unsplash.com/Ryan Franco
Tips Persiapan Mudik untuk Ibu Hamil

Ibu hamil perlu lakukan persiapan mudik ini.


Bahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal

1 hari lalu

Ilustrasi semur jengkol. Bango.co.id
Bahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal

Pakar penyakit dalam menyebut ginjal bisa terganggu hambatan kimiawi seperti etilen glikol hingga kebanyakan makan jengkol.


Olahraga untuk Penderita Penyakit Ginjal Kronis yang Dianjurkan Guru Besar FKUI

1 hari lalu

Ilustrasi pria berenang. mirror.co.uk
Olahraga untuk Penderita Penyakit Ginjal Kronis yang Dianjurkan Guru Besar FKUI

Guru besar FKUI menyarankan penderita penyakit ginjal kronis berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga yang tepat.


Dua Tewas, Lebih 100 Orang Dirawat di Jepang akibat Suplemen Angkak

1 hari lalu

Tangkapan layar (kiri) salah satu suplemen kesehatan yang ditarik kembali oleh Kobayashi Pharmaceutical pada 22 Maret 2024. Beberapa produk lainnya, termasuk Mio Sparkling Sake Premium (Rose) (kanan), telah ditarik kembali sehubungan dengan meningkatnya kekhawatiran akan kesehatan.  (Gambar dan foto: situs Kobayashi Pharmaceutical dan Singapore Food Agency
Dua Tewas, Lebih 100 Orang Dirawat di Jepang akibat Suplemen Angkak

Dua orang tewas dan lebih dari 100 lainnya dilarikan ke rumah sakit di Jepang akibat mengonsumsi suplemen makanan angkak dalam waktu lama


Pakar Penyakit Dalam FKUI: Ginjal Bisa Terganggu Etilen Glikol hingga Kebanyakan Makan Jengkol

1 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
Pakar Penyakit Dalam FKUI: Ginjal Bisa Terganggu Etilen Glikol hingga Kebanyakan Makan Jengkol

Sebagian besar penyakit ginjal dapat dicegah dan diobati apabila ditemukan lebih awal.


3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

1 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?


Banyak Pasien Gagal Ginjal Berusia Muda, Cek Apa Saja Penyebabnya

2 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
Banyak Pasien Gagal Ginjal Berusia Muda, Cek Apa Saja Penyebabnya

Gagal ginjal biasanya merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal dengan kerusakan yang sudah cukup berat atau berlangsung lama.


Urolog Sebut Penyebab Batu Ginjal dan Ragam Penanganannya

2 hari lalu

Tindakan memecah batu ginjal tanpa pembedahan atau ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy).
Urolog Sebut Penyebab Batu Ginjal dan Ragam Penanganannya

Meskipun tidak bergejala, batu ginjal yang menyumbat saluran kemih dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Cek penanganannya.


3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

3 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

Ada tiga gejala yang perlu diwaspadai terkait kanker ginjal. Pasalnya, kebanyakan pasien tak merasakan gejala sehingga penting mengetahui tandanya.