TEMPO.CO, Jakarta - Laporan WHO tentang efek jangka panjang Covid-19 yang dipublikasikan pada 9 September 2020 menyebutkan Covid-19 dapat menyebabkan penyakit berkepanjangan bagi sebagian orang. Beberapa gejala mungkin menetap atau berulang selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan setelah pemulihan awal. Hal itu juga bisa terjadi pada penderita Covid-19 dengan gejala ringan.
Dalam survei yang dilakukan melalui telepon ditemukan 35 persen orang yang pernah terpapar Covid-19 belum pulih kesehatannya seperti semula pada 2-3 minggu setelah dinyatakan negatif. Menurut Dr. dr. Agus Dwi Susanto SpP(K), Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, istilah long covid sebelumnya dikenal sebagai sindrom pascacovid atau Covid kronis. Kini, WHO juga memperkenalkannya sebagai long Covid.
“Belakangan ini gejala long Covid sedang marak dibahas oleh praktisi kesehatan,” ujar Agus.
Menurutnya long Covid merupakan suatu kondisi atau gejala yang muncul pada pasien yang sudah dinyatakan sembuh. Adapun gejala yang paling banyak ditemukan yaitu kelelahan kronis, sesak napas, berdebar-debar yang terkait dengan jantung, nyeri sendi, nyeri otot, dan gangguan psikologis, termasuk depresi pascacovid-19.
“Gejala ini bisa muncul berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bisa menetap,” katanya.
Long Covid, menurut Agus, bukan disebabkan oleh virus yang masih menetap. “Virusnya sendiri sudah hilang begitu orang dinyatakan negatif Covid,” katanya. “Dalam kedokteran, hal seperti ini disebut sequelae, yaitu gejala sisa yang dirasakan oleh pasien yang sudah sembuh.”
Hal ini bisa terjadi karena pada beberapa orang yang sakit telah timbul kelainan yang menetap secara anatomi, yang akhirnya mempengaruhi secara fungsional. Sebagai dokter paru-paru, Agus sering menemukan adanya fibrosis atau kekakuan pada jaringan paru yang sifatnya menetap, bisa 2-3 bulan.
“Fibrosis ini menyebabkan oksigen tidak bisa masuk sehingga pasien merasa napasnya berat atau sesak napas. Dalam tes uji fungsi paru ditemukan adanya penurunan fungsi paru antara 20 dan 30 persen,” paparnya.
Baca juga: Latihan Pernapasan, Cara Jitu Atasi Sesak Napas Akibat Covid-19
Yang perlu dicermati gejala long Covid ini bisa muncul pada semua populasi. Namun, pasien yang memiliki penyakit dasar atau yang dikenal sebagai komorbid, seperti penyakit jantung dan paru-paru kronis, akan lebih mudah mengalami long Covid. Terlebih pada pasien paru-paru dan jantung yang punya kebiasaan merokok.
Bagaimana Covid-19 bisa menyebabkan gangguan pada fungsi jantung? Berikut penjelasan Dr. dr. Isman Firdaus, SpJP(K), Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Menurut Isman, ketika orang terinfeksi Covid-19, akan ada fase peradangan di paru-paru yang menyebabkan kadar oksigen dalam darah berkurang.
Kekurangan kadar oksigen atau yang disebut hipoksia ini bisa menyebabkan cardiac injury atau cedera pada jantung. Menurut Isman, pompa jantung normal adalah sekitar 60-80 kali per menit.
“Tapi, adanya hipoksia akan menurunkan kemampuan jantung untuk memompa,” ujarnya.
Dampak selanjutnya adalah terjadinya penyusutan pembuluh darah, terutama di paru-paru. Diperlukan waktu bagi pasien pascaCovid-19 untuk memulihkan otot-otot ini. Ia berpesan kepada para pasien jantung agar tidak sampai terkena Covid-19 karena penanganannya akan semakin berat.
Agus menjelaskan sejumlah langkah yang bisa ditempuh para penyintas Covid-19 agar terhindar dari gejala long Covid. Yang pertama, menjaga pikiran agar tidak stres dengan berpikir positif dan terus bersemangat.
“Dengan pikiran yang tenang, napas akan menjadi slow dan ini akan mempengaruhi membaiknya fungsi organ-organ vital seperti jantung,” ujarnya.
Sebaliknya, stres bisa menyebabkan pompa jantung menjadi berat. Selanjutnya disarankan untuk menjalani latihan fisik atau beraktivitas, mulai dari yang paling ringan seperti aerobik, jalan kaki, bersepeda, dan sebagainya, yang terus ditingkatkan porsi dan kecepatannya.
Hal lain yang tak kalah penting adalah mengonsumsi makanan bergizi empat sehat lima sempurna. Agus juga menyarankan agar pasien yang sudah sembuh dari Covid-19 untuk stop merokok.
Jika hal-hal di atas dilakukan, diharapkan dalam sebulan setelah dinyatakan sembuh/negatif dari Covid-19, para penyintas sudah bisa fit kembali seperti sebelumnya. Namun, jika masih merasakan adanya gejala long Covid, disarankan untuk cek ke dokter.