TEMPO.CO, Jakarta - Survei Kaspersky menunjukkan hampir dua dari sepuluh orang di Asia Tenggara membagikan berita di media sosial mereka sebelum mengecek kebenarannya. Sebanyak 76 persen dari 1.240 responden yang mengikuti survei tersebut mendapatkan berita dari media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya.
Sebaran berita di media sosial paling banyak ditangkap oleh generasi Z. Sebanyak 83 persen peserta survei yang berusia 11 sampai 26 tahun menerima informasi dari media sosial. Kemudian sebanyak 81 persen generasi Milenial (usia 25 - 40 tahun) mendapatkan informasi di media sosial, 70 persen Baby Boomers (usia 57 - 75 tahun), dan generasi X (usia 41 - 56 tahun) yang paling kecil, yakni 62 persen.
Dari sebaran itu, adalah generasi Z yang paling banyak membagikan berita atau artikel di media sosial sebelum memverifikasi kebenarannya. Ada 28 persen peserta survei dari generasi Z yang melakukan itu. Diikuti dengan generasi X sebanyak 21 persen, baby Boomer 19 persen, dan generasi Milenial 16 persen.
"Hanya lima dari sepuluh responden di semua generasi yang membaca artikel lengkap sebelum membagikannya di akun media sosial personal," kata Yeo Siang Tiong, General Manager Kaspersky Asia Tenggara dalam keterangan tertulis, Senin 1 Februari 2021.
Psikolog Mind What Matters, Beverly Leow mengatakan alasan rendahnya tingkat verifikasi saat membagikan informasi berkaitan dengan teori presentasi diri. Dalam teori ini, individu yang memviralkan informasi tersebut ingin melindungi atau meningkatkan nilai diri.
Baca juga:
3 Rambu Gunakan Media Sosial agar Tidak Stres
"Kemungkinan besar mereka termotivasi untuk menampilkan diri sebagai warganet yang paling cepat atau paling awal mendapatkan informasi alias update," kata Beverly Leow. "Dengan begitu dia dianggap berpengetahuan luas."
Tentu butuh waktu dan tenaga lebih untuk mengklarifikasi informasi tadi. Dan mengklik 'bagikan' akan terasa lebih menggoda dan menarik ketimbang membaca utuh lalu memverifikasi informasi tadi.
Yeo Siang Tiong mengatakan pengguna internet di Asia Tenggara diperkirakan mencapai 400 juta dengan tambahan 40 juta orang yang merupakan pengguna internet pertama pada 2020. Asia Tenggara dikenal sebagai wilayah dengan pengguna media sosial yang paling aktif.
Sebanyak 36 persen netizen di Asia Tenggara menghabiskan satu sampai dua jam untuk bersosialisasi atau mencari informasi di media sosial. Sebanyak 28 persen menggunakan media sosial selama dua sampai empat jam, dan sekitar 17 persen sibuk di akun media sosial mereka selama empat sampai enam jam.