TEMPO.CO, Jakarta - Berita mengenai swab anal untuk pemeriksaan Covid-19 di Cina bikin heboh. Masyarakat pun bertanya-tanya mengenai efektivitasnya.
Apa itu swab anal dan seperti apa faktanya? Kandidat PhD di Fakultas Kedokteran Universitas Kobe, Jepang, dr. Adam Prabata menjelaskan swab anal adalah memasukkan swab sepanjang sekitar 2,5-5 cm ke dalam anus. Tujuannya mendapatkan sampel untuk pemeriksaan PCR Covid-19.
"Pemeriksaan swab anal termasuk pemeriksaan invansif dan tidak nyaman," ujar Adam, seperti dikutip dari akun Instagram pribadinya.
Swab anal memiliki keunggulan karena hasil PCR pada feses bertahan positif lebih lama dibandingkan swab nasofaring, sekitar 4-11 hari positif lebih lama setelah swab nasofaring negatif. Kendati demikian, hasil PCR positif pada swab anal/feses tidak berhubungan dengan kondisi klinis pasien.
Baca juga: Alasan Cina Menerapkan Swab Anal yang Memicu Kontroversi
Sensitivitas swab anal untuk pemeriksaan PCR juga tidak tinggi dibandingkan dengan swab nasofaring atau orofaring. Lantas bagaimana akurasinya untuk pemeriksaan Covid-19?
Adam menjelaskan tidak semua pasien yang terbukti terinfeksi Covid-19 menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan feses atau swab anal. Sensitivitas swab anal untuk mendeteksi Covid-19 hanya ada dalam rentang 24,1-57 persen. Oleh karena itu, penggunaannya untuk melengkapi, bukan sebagai pengganti swab nasofaring atau orofaring.
"Hanya digunakan sebagai pendukung atau pelengkap untuk meningkatkan sensitivitas pemeriksaan PCR," tuturnya.