TEMPO.CO, Jakarta - Tes Covid-19 dengan GeNose diadakan di berbagai tempat, termasuk stasiun kereta api. Namun, tes ini harus dilakukan dengan hati-hati sebab memiliki risiko terhadap orang yang ada di sekitar.
Akademisi sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Ari Fahrial Syam, mengungkapkan tes GeNose C19 hanya bersifat skrining saja dan tidak bisa dijadikan sebagai diagnosis.
"Tes GeNose harus dilakukan secara hati-hati karena menggunakan embusan napas. Jangan sampai mengontaminasi orang di sekitar," ungkapnya.
Ari mengungkapkan tes GeNose bertujuan untuk mencegah penularan virus corona secara cepat dan murah di Indonesia. Ari juga tak menampik tes GeNose juga memiliki kendala, khususnya bagi orang dengan masalah paru.
Baca juga: Sebab Ruangan dengan Jendela Lebih Baik saat Pandemi Covid-19
"Ini juga ada kendala karena kalau ada orang dengan paru-paru bermasalah, maka dia enggak bisa mengembus maksimal," ungkapnya.
Selain itu, orang yang mengonsumsi makanan yang menyengat sebelum tes GeNose biasanya akan mendapatkan hasil positif. Ari mengatakan bila ada orang yang mendapatkan hasil positif saat tes GeNose maka harus melanjutkan ke swab PCR.
Adapun, tes GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar (KEMENKES RI AKD 20401022883) untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes, dalam membantu penanganan Covid-19 melalui skrining cepat.