TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog yang aktif dalam kegiatan Lembaga Perlindungan Korban dan Saksi (LPSK), Dinuriza Lauzi, merekomendasikan penyembuhan diri sendiri melalui pendekatan psikospiritual bagi pasien COVID-19. Menurutnya, pengalaman atas peristiwa negatif, misalnya dengan didiagnosais COVID-19, bisa dijadikan sumber kekuatan, lebih positif saat seseorang merasa kondisinya sedang tidak berdaya.
Ada empat hal yang bisa dilakukan untuk pasien. Pertama, memberi dorongan doa, yakni bagaimana memberikan program pada pasien atau sebaliknya, pasien membuat program untuk diri sendiri.
"Tenaga kesehatan di rumah sakit bisa memberikan semacam motivasi pada pasien agar melakukan program pada dirinya sendiri agar dia merasa memiliki ketenangan," tutur Niza.
Kedua, afirmasi, yakni bagaimana menyampaikan berulang-ulang setiap bangun tidur misalnya hadist apabila pasien muslim untuk meningkatkan ketenangan dan harapannya. Ketiga, self talk, yakni berdialog antara pasien dan Tuhan, misalnya permohonan agar disembuhkan Sang Pencipta.
Baca juga: Pembekuan Darah karena Covid-19, Bagaimana Pengobatannya?
Niza mengatakan, sesi ini difokuskan pada bagaimana perasaan secara psikologis seorang pasien menumbuhkan pengalaman spiritualnya. Terakhir, meditasi yang biasanya dimaknai dengan duduk bersila, memejamkan mata, menenangkan diri, misalnya dengan mendengarkan suara burung berkicau dan sebagainya. Tetapi dalam konteks pasien COVID-19, mereka bisa diajak berdzikir bila muslim sebagai bentuk praktek meditasi atau memanjatkan doa Rosario bagi pasien Katolik.
Niza menuturkan saat seseorang didiagnosis COVID-19, maka muncul turbulensi psikologis. Saat itu muncul keterkaitan antara kesendirian dengan hubungan vertikal kepada Tuhan, misalnya melalui pertanyaan, "Mengapa bisa saya yang kena"?.
"Ketika seseorang terdiagnosis COVID-19, maka pendekatan psikospiritual yang perlu dilakukan, memaknai pemikiran pasien terhadap bagaimana dia menyikapi kondisi medisnya. Kondisi pasien dalam kesendirian menumbuhkan kontak batin, connecting banget sama Tuhannya. Dia butuh pegangan yang kuat agar masih memiliki harapan untuk hidup," katanya.