Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

7 Ekspektasi yang Bakal Membunuh Kebahagiaan, Jangan Tersiksa Harapan Semu

Reporter

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi wanita berpikir. Unsplash.com
Ilustrasi wanita berpikir. Unsplash.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekspektasi adalah harapan. Semua orang pasti pernah berharap kepada diri sendiri maupun orang lain. Ketika memiliki ekspektasi, sebaiknya kita juga memperhatikan takaran harapannya.

Mengutip laman Human Psychology, tak semua ekspektasi berakhir dengan bahagia. Justru ada tujuh jenis ekspektasi yang bakal membunuh kebahagiaan. Hal ini mungkin saja terjadi apabila kamu tak memperhitungkan risiko dari harapan tadi.

Berikut detail 7 ekspektasi yang berpotensi membuat kita kecewa dan sedih:

  1. Ekspektasi hidup harus adil
    Berpikir bahwa hidup harus adil untuk semua orang, itu adalah cita-cita semu. Sebab keadilan itu sendiri bersifat relatif. Jika kamu merasa hidup tidak adil kepadamu, perhatikan sisi positifnya dulu. Contoh, teman sekantor mendapatkan promosi lebih dulu, padahal kalian satu tim dan sama-sama bekerja keras. Kamu merasa ini tidak adil. Kamu marah dan kecewa. Sisi positif yang dapat kamu ambil adalah, setidaknya kamu tahu siapa pemenang dalam kompetisi ini. Setelah itu, kamu dapat menentukan langkah berikutnya, apakah mencari cara lain atau jalan yang benar-benar baru.

  2. Semua orang pasti menyukai saya
    Kamu tidak dapat mengendalikan persepsi orang lain terhadapmu. Kamu juga tak bisa membuat atau memaksa setiap orang menyukaimu. Pakemnya adalah mulai dari niat baik dan wujudkan dalam perilaku yang baik pula. Bahkan makna baik pun bagi setiap orang bisa berbeda-beda kadarnya. Jadi, jangan terjebak dengan penilaian orang lain tentang kamu.

  3. Orang harus setuju dengan saya
    Hampir sama seperti poin dua, kamu pun tak dapat memaksa orang lain untuk sepakat dengan pendapatmu. Sebab, mungkin yang kamu sampaikan bukan satu-satunya jawaban benar. Dan menjadi benar itu tidak selalu benar. Jadi, jangan berharap orang lain berpikir dan bertindak seperti kita. Sebab jika kamu tidak menerimanya, kamu akan merasa sakit hati atau marah.

  4. Orang-orang memahami apa yang saya katakan
    Tak semua orang memahami apa yang kamu sampaikan jika hanya melalui ucapan. Ada orang-orang yang benar-benar butuh empati, langkah konkret untuk menyelesaikan masalah mereka.

    Iklan
    Scroll Untuk Melanjutkan

  5. Saya berharap mampu melakukan semuanya dengan baik
    Jangan ada dikotomi berhasil dan gagal dalam hidupmu. Apabila kamu menerapkan itu, maka bersiaplah berada dalam titik ekstrem kehidupan: terlampau bahagia dan kelewat kecewa. Semua orang punya batas kemampuan yang berbeda, termasuk kamu. Tak perlu memaksakan diri, melainkan berdamai, berkompromi, dan menikmati apa yang mampu kamu lakukan.

  6. Ekspektasi pada apa yang dapat membuatku bahagia
    Apa yang kamu inginkan saat ini? Segera menikah dengan pacar, beli mobil baru, punya rumah baru, dan beragam harapan dalam daftar impian. Tapi kamu melupakan satu pertanyaan besar terkait itu semua. Apakah kamu pantas memilikinya?

  7. Mampu mengubah dunia
    Jika menyaksikan cerita pahlawan super, begitu mudah mereka membangun citra diri sebagai penjaga kedamaian dan mengubah dunia menjadi lebih baik. Tapi itu kan cerita, tak ada di dunia nyata. Sebelum berpikir jauh dengan ekspektasi mampu mengubah dunia, ubah dulu dirimu menjadi pribadi yang baik. Menularkan hal-hal baik ke orang-orang di sekitar dan bermanfaat.

Psikolog Albert Ellis punya rumus sederhana untuk hidup bahagia dan terlepas dari jerat ekspektasi. Lepaskan pikiran yang 'harus' untuk harapan yang tidak realistis. "Berpikir baik, bertindak baik, maka kamu akan merasa baik," katanya.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Marshanda Bersyukur Bisa Merasa Penuh

10 hari lalu

Marshanda. Foto: Instagram/@marshanda99
Marshanda Bersyukur Bisa Merasa Penuh

Aktris Marshanda merasa bersyukur atas semua yang dia miliki sekarang. Ia merasa penuh.


Tips Hadapi Orang Tua Beracun dari Psikolog

43 hari lalu

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Peoplecreations
Tips Hadapi Orang Tua Beracun dari Psikolog

Sikap beracun orang tua sulit diubah. Lalu, bagaimana cara menghadapi hidup yang penuh tekanan dari orang tua? Berikut beberapa yang bisa dilakukan.


Mendidik Anak Memahami Puasa, Ini Saran Psikolog

43 hari lalu

Ilustrasi berbuka puasa. Shutterstock
Mendidik Anak Memahami Puasa, Ini Saran Psikolog

Pemahaman terkait makna puasa disertai penjelasan mengenai manfaat seperti kesehatan dan mengendalikan diri


Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

58 hari lalu

Ilustrasi bullying. shutterstock.com
Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

Perbedaan mendasar antara perundungan dengan bercanda yakni pada niat atau intensi pelaku kepada korban. Begini penjelasannya.


Ciri-Ciri Anak yang jadi Pelaku atau Korban Bullying, Ini Penjelasan Psikolog

59 hari lalu

Ilustrasi anak mengalami bullying. Freepik.com/gpointstudio
Ciri-Ciri Anak yang jadi Pelaku atau Korban Bullying, Ini Penjelasan Psikolog

Psikolog Klinis Wiwit Puspitasari menjelaskan ciri-ciri anak bisa menjadi korban bullying dan pelaku bullying.


Begini Cara Orang Tua Mencegah Perilaku Bullying oleh Anak

59 hari lalu

Ilustrasi cyber bullying. Shutterstock
Begini Cara Orang Tua Mencegah Perilaku Bullying oleh Anak

Psikolog pendidikan anak, Yanti Suryatiningsih menjelaskan cara yang dapat dilakukan orang tua mencegah bullying adalah melatih self control anak.


Peran Guru untuk Mencegah Bullying di Sekolah

23 Februari 2024

Ilustrasi Persekusi / Bullying. shutterstock.com
Peran Guru untuk Mencegah Bullying di Sekolah

Perbuatan bullying memungkinan dikurangi risikonya atau dicegah tak hanya peran orang tua, tapi juga para guru


Hubungan Penuh Konflik dan Kekecewaan, Simak Cara Menyelamatkannya

23 Februari 2024

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Freepik.com/tirachardz
Hubungan Penuh Konflik dan Kekecewaan, Simak Cara Menyelamatkannya

Banyak kondisi yang menyebabkan kecewa, terutama jika sudah bersama untuk waktu yang lama. Tapi jika dibiarkan kondisi ini bisa membahayakan hubungan.


Mencegah Bullying Dibutuhkan Peran Orang Tua

23 Februari 2024

Ilustrasi orang tua bicara dengan anak. Shutterstock
Mencegah Bullying Dibutuhkan Peran Orang Tua

Perundungan atau bullying makin disoroti, apalagi baru-baru ini santer dibicarakan kasus bullying di SMA yang melibatkan anak salah satu selebritas


25 Puskesmas di DKI Jakarta Siap Layani Caleg Stres yang Kalah Pemilu 2024

14 Februari 2024

Pemilih memasukkan surat suara saat Pemungutan Suara Ulang (PSU) di TPS 17 kelurahan Rimuku, Mamuju, Sulawesi Barat, 27 April 2019. Pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) dan Pemungutan Suara Lanjutan (PSL) di 10 TPS yang berlokasi di lima Kecamatan di Kabupaten Mamuju karena banyaknya indikasi pelanggaran yang melibatan anak - anak mencoblos dan warga melakukan pencoblosan menggunakan formulir C6 orang lain. ANTARA
25 Puskesmas di DKI Jakarta Siap Layani Caleg Stres yang Kalah Pemilu 2024

Dinkes DKI mengimbau para caleg yang kalah di Pemilu 2024 agar mencari bantuan profesional jika stres.