TEMPO.CO, Jakarta - Potensi munculnya strain baru virus penyebab COVID-19 di Indonesia cukup besar. Pasalnya, penularan COVID-19 di Indonesia masih aktif dan cukup luas di berbagai wilayah.
Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Bayu Satria Wiratama menyebut adanya kemungkinan varian baru COVID-19 muncul di Indonesia.
"Kemungkinannya sangat besar tapi kemungkinan kita bisa mendeteksinya kurang begitu besar," katanya.
Menurutnya, upaya deteksi varian baru itu belum bisa dilakukan secara optimal karena kegiatan surveilans genomik virus corona baru di Tanah Air saat ini belum maksimal. Kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap genomik virus corona baru dinilai masih kecil.
"Baru sekitar 0,03 persen dari seluruh sampel, masih kecil," katanya.
Baca juga: Pesan Epidemiolog agar Pandemi Covid-19 Lekas Berlalu
Penularan COVID-19 yang terjadi secara terus-menerus membuat potensi virus untuk bermutasi kian besar. Terlebih virus corona merupakan tipe virus RNA seperti virus influenza yang mudah bermutasi.
"Dampak paling serius adalah kita akan terus-menerus mengembangkan vaksi sebab mutasinya tidak pernah bisa secara efisien dihentikan oleh vaksin sebelumnya dan penularan akan terus berlanjut," jelasnya.
Untuk menekan transmisi dan mengantisipasi munculnya varian baru virus corona, Bayu menekankan pemerintah terus meningkatkan strategi 3T yakni testing, tracing, dan treatment. Selain itu, masyarakat diminta mematuhi 5M, seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, serta menghindari kerumunan.
"Mutasi virus ini bisa terjadi karena 3T dan 5M yang masih lemah. Walaupun mutasi terjadi sifat penularannya sama jadi tetap bisa dicegah dengan 5M," sarannya untuk mencegah penularan COVID-19.