TEMPO.CO, Jakarta - Data dari Global cancer statistics (Globocan) 2020 mencatat kematian karena kanker paru di Indonesia meningkat menjadi 30.843 orang dengan kasus baru mencapai 34.783 kasus. Kepala Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Aldrin Neilwan mengatakan kasus kematian akibat kanker paru-paru meningkat pada 2020.
"Kasus kematian pasien kanker paru-paru mengalami peningkatan hingga 18 persen pada 2020," ujar Aldrin.
Aldrin menyebutkan kanker paru merupakan penyakit mematikan di dunia setelah kanker payudara dengan prevalensi mencapai 11,4 persen.
"Oleh sebab itu upaya terpenting yang harus dilakukan bukan lagi mengobati namun upaya preventif atau pencegahan yang menjadi prioritas," jelas Aldrin.
Upaya pencegahan tidak hanya menerapkan gaya hidup sehat namun juga skrining atau tes, terutama bagi yang memiliki faktor risiko tinggi terkena kanker.
"Ini perlu dilakukan karena 80 persen pasien yang datang untuk memeriksakan diri rupanya sudah mengidap kanker stadium lanjut sehingga pengobatan menjadi semakin sulit dan mahal," jelas Aldrin.
Baca juga: Gejala Awal Kanker Paru yang Sering Luput dan Perlu Diwaspadai
Mengutip dari laman Cancer Information & Support Centre (CISC), ada dua faktor risiko kanker paru. Pertama adalah faktor yang dapat dikendalikan seperti, terpapar asap rokok, tinggal atau bekerja di area pertambangan atau pabrik yang mengandung bahan pencetus karsinogen. Kemudian, tinggal atau bekerja di daerah dengan polusi tinggi. Kedua adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan, seperti usia lebih dari 40 tahun, riwayat kanker dalam keluarga, dan sebelumnya pernah menderita kanker.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pokja Kanker Paru PDPI, Prof. dr. Elisna Syahruddin, mengatakan kanker paru dapat dicegah dengan perilaku CERDIK atau cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres.
"Semua penting, tapi pada saat ini poin terakhir yaitu kelola stres sering diabaikan. Manusia pasti punya stres, tapi kalau tidak dikelola dengan baik maka bisa membuat sistem imun turun. Jangankan kanker paru, COVID-19 juga bisa masuk dengan mudah kalau begitu," ujar Elisna.