Bila kasus infertilitas tidak diketahui, maka dokter biasanya akan menyarankan untuk mengikuti program inseminasi intrauterine sebanyak 4 kali, lalu program bayi tabung. "Secara umum, program yang ditawarkan dokter ada 3 lini. Lini pertama adalah pemberian obat pemicu ovulasi, dan bedah. Lini kedua adalah inseminasi intrauterine sebanyak 4 kali. Lini ketiga adalah fertilisasi In Vitro alias bayi tabung," kata Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endrokrinologi dan Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre Yassin Yanuar Mohammad.
Perbedaan utama antara inseminasi intrauterine dengan bayi tabung ada pada letak mempertemukan sperma dan sel telur. Pada proses inseminasi, pertemuan sperma dan sel telur dilakukan di dalam tubuh calon ibu. Namun pada program bayi tabung, pertemuan itu terjadi di laboratorium khusus alias di luar tubuh manusia.
Baca: Selain Teknologi Canggih, Ini yang Membuat Layanan Bayi Tabung Mahal
Pertanyaannya, apakah boleh pasien langsung memilih prosedur bayi tabung setelah mengetahui sumber masalah infertilitas itu tanpa harus mengikuti tahap program inseminasi intrauterine?
Konferensi Pers bertajuk 'RS Pondok Indah IVF Centre, Harapan Baru untuk Miliki Buah Hati’ pada 4 Februari 2021/RSPI
Yassin mengatakan berbagai tata laksana penanganan pasien itu bertujuan untuk mempermudah pasien. Dokter dan pasien perlu lebih teliti mendiskusikan latar belakang gangguan kesuburan. Bila memang pada kasus yang dialami pasien, pasien boleh memilih, bisa saja mereka bisa langsung memilih prosedur bayi tabung sepanjang kasus ini dianggap layak untuk langsung diikuti dalam program bayi tabung. "Harus jelas, gangguan kesuburan masalahnya di mana? Menangani gangguan kesuburan itu tidak boleh coba-coba atau asal lihat. Harus tetapkan masalahnya apa," kata Yassin.
Dokter pun biasanya akan menjelaskan soal proses dan biaya yang diperlukan bila ingin langsung ke tahap bayi tabung dan melewatkan lini inseminasi intrauterine. "Keduanya memiliki perbedaan proses dan makan biaya, jadi perlu kesediaan pasien untuk menjalaninya," kata Yassin.
Namun, kata Yassin, kondisi pasien pun bisa menjadi pertimbangan sehingga langsung memilih program bayi tabung untuk mengatasi masalah infertilitas mereka. Misalnya kasus long distance marriage. "Misal suami hanya sebulan saja di Jakarta saat bertemu istri. Walau ada pilihan untuk lakukan inseminasi intratuterine, bisa saja disarankan langsung program bayi tabung. Waktu mereka kan terbatas, lagi pula keberhasilan kehamilan inseminasi intrauterine belum setinggi bayi tabung," kata Yassin.
Faktor lain yang bisa membuat pasien untuk memilih program bayi tabung adalah bila sang suami memiliki infeksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C. Ketiga penyakit itu bisa menular dengan hubungan seksual. Sehingga untuk melindungi orang-orang terkasih, bayi tabung bisa menjadi pilihan utama dalam kondisi ini.
Terakhir, bayi tabung pun menjadi opsi yang perlu diambil untuk mencegah penularan penyakit genetik. "Kalau menemukan indikasi peluang genetik, maka akan bisa dilakukan teknologi pemeriksaan kromosom," kata Yassin.
Pemeriksaan kromosom ini di RS Pondok Indah IVF Cetre dilakukan dengan metode pre-implantation genetic testing for aneuploidy (PGT-A) untuk mendeteksi kelainan genetik embrio serta mengurangi risiko keguguran.
Jadi, Anda sudah yakin akan mengambil langkah program bayi tabung?