Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Efektivitas Masker Tangkal Aerosol, dari 1 hingga 3 Lapis

Reporter

image-gnews
Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. REUTERS/Kim Hong-Ji
Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. REUTERS/Kim Hong-Ji
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti di Indian Institue of Science (IISc) yang berbasis di Bengaluru, India, mengatakan masker dengan banyak lapisan paling efektif dalam mencegah turunan aerosol. Dilansir dari Indian Express, penelitian ini bekerja sama dengan para ilmuwan di UC San Diego dan Universitas Teknik Toronto.

Menurut IISc, ketika orang batuk, tetesan besar (> 200 mikron) mengenai permukaan bagian dalam masker dengan kecepatan tinggi, menembus kain masker dan pecah menjadi tetesan yang lebih kecil, yang memiliki peluang lebih besar untuk aerosolisasi dan dengan demikian membawa virus seperti virus corona baru.

Dengan menggunakan kamera berkecepatan tinggi, tim melacak dengan cermat tetesan seperti batuk pada masker dengan lapisan tunggal, ganda, dan berlapis-lapis, dan mencatat distribusi ukuran tetesan yang dihasilkan setelah penetrasi melalui kain masker. Studi tersebut mengatakan untuk masker 1-2 lapis, sebagian besar tetesan yang diatomisasi ini ditemukan lebih kecil dari 100 mikron, dengan potensi menjadi aerosol yang dapat tetap melayang di udara untuk waktu yang lama dan berpotensi menyebabkan infeksi.

"Anda terlindungi, tetapi orang lain di sekitar mungkin tidak," kata Saptarshi Basu, profesor di Departemen Teknik Mesin dan penulis senior studi yang diterbitkan dalam "Science Advances".

Masker tiga lapis, bahkan yang terbuat dari kain dan masker N95 terbukti berhasil mencegah atomisasi dan karenanya menawarkan perlindungan terbaik. Namun, para peneliti mengklarifikasi ketika masker semacam itu tidak tersedia, masker satu lapis bisa memberikan perlindungan. Oleh karena itu, di mana pun berada tetap harus #pakaimasker.

Baca juga: Trik Berkomunikasi lewat Mata kala Wajah Tertutup Masker

Masker dapat secara signifikan mengurangi penularan virus dengan memblokir tetesan besar dan aerosol. Tetapi, efisiensinya bervariasi, tergantung jenis bahan, ukuran pori, dan jumlah lapisan. Studi sebelumnya telah melihat bagaimana tetesan ini bocor dari sisi masker, tetapi tidak pada bagaimana masker itu sendiri bekerja sehingga dapat membantu atomisasi sekunder menjadi tetesan yang lebih kecil.

"Sebagian besar penelitian juga tidak melihat apa yang terjadi pada tingkat tetesan individu dan bagaimana aerosol dapat dihasilkan," kata Basu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk meniru batuk manusia, tim menggunakan dispenser tetesan khusus untuk menekan cairan batuk pengganti (air, garam dengan musin dan fosfolipid) dan mengeluarkan tetesan tunggal ke masker.

"Tekanan udara meningkatkan kecepatan tetesan dan waktu pembukaan menentukan ukurannya,” jelas Shubham Sharma, seorang mahasiswa PhD di Departemen Teknik Mesin dan penulis pertama studi tersebut.

"Dengan menggunakan ini, kami dapat menghasilkan tetesan mulai dari 200 mikron hingga 1,2 mm ukuran," imbuhnya.

Tim tersebut menggunakan laser berdenyut untuk menghasilkan bayangan tetesan dan kamera serta lensa zoom untuk menangkap gambar dengan kecepatan tinggi (20.000 bingkai per detik). Selain masker bedah, beberapa masker kain yang dibuat secara lokal juga diuji. Tim juga menyelidiki efek dari memvariasikan kecepatan di mana tetesan dikeluarkan dan sudut tabrakan.

Mereka menemukan masker satu lapis hanya dapat memblokir 30 persen volume tetesan awal agar tidak keluar. Masker dua lapis lebih baik, sekitar 91 persen diblokir, tetapi lebih dari seperempat tetesan kecil yang dihasilkan berada dalam kisaran ukuran aerosol. Transmisi dan pembangkitan tetesan dapat diabaikan atau nol untuk masker tiga lapis dan N95.

Tim juga menyebarkan nanopartikel fluoresen dengan ukuran yang sama dengan virus dalam tetesan batuk buatan untuk menunjukkan bagaimana partikel-partikel ini dapat terperangkap di serat masker. Oleh karenanya, sangat penting membuang masker setelah digunakan. Para peneliti berharap untuk melanjutkan studi menggunakan simulator pasien skala penuh yang juga memungkinkan pelacakan beberapa tetesan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

1 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?


Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

8 hari lalu

Associate Professor Henry Surendra sebelumnya membahas kesenjangan pandemi dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia/Monash University
Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah


Ciri-ciri Batuk TBC Menurut Dokter

14 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Ciri-ciri Batuk TBC Menurut Dokter

Dokter menjelaskan batuk berkepanjangan selama dua minggu atau lebih adalah gejala utama TBC, waspadalah.


Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

15 hari lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.


Batuk Membandel di Malam Hari, Berikut Ragam Pemicunya

16 hari lalu

Ilustrasi wanita batuk. Freepik.com/Jcomp
Batuk Membandel di Malam Hari, Berikut Ragam Pemicunya

Batuk yang terus terjadi di malam hari sehingga mengganggu tidur diri sendiri dan orang lain memang menjengkelkan. Berikut ragam pemicunya.


Kenali Gejala Flu Singapura, Mudah Tertular pada Anak Melalui Batuk

16 hari lalu

Sejumlah perawat dengan menggunakan masker melakukan pemeriksaan terhadap LSY (5 tahun) warga negara Singapura suspect flu babi (H1N1) di ruang isolasi RSUD Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Selasa (21/7). ANTARA/Yusnadi Nazar
Kenali Gejala Flu Singapura, Mudah Tertular pada Anak Melalui Batuk

Flu Singapura yang mudah menular pada anak usia di bawah lima tahun. Orang tua perlu waspadai gejalanya.


6 Cara Sederhana Redakan Batuk Membandel

22 hari lalu

Ilustrasi batuk pilek. Shutterstock
6 Cara Sederhana Redakan Batuk Membandel

Batuk bisa bertahan selama beberapa waktu. Berikut beberapa pengobatan rumahan yang bisa dicoba untuk meredakan batuk.


Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

22 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.


Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

23 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

23 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.