TEMPO.CO, Jakarta - Korban ghosting tiba-tiba kehilangan 'radar' ke pacar, tak bisa menghubunginya, tak bisa mengirimkan pesan kepadanya, tak bisa berkomunikasi dengannya. Singkatnya, kekasih menghilang. Hingga pada akhirnya kamu sadar kalau kamu sendiri. Ya, dia sudah meninggalkanmu demi sesuatu atau orang lain.
Sendiri dalam ketidaktahuan, itulah yang dialami oleh korban ghosting. Associate Professor Psikologi dan Ketua Departemen Psikologi di Albright College Pennsylvania, Amerika Serikat, Gwendolyn Seidman mengatakan ghosting itu tindakan penolakan yang kejam. "Disebut kejam karena korban tak punya alasan, tiada pedoman, dan berkecamuk dengan emosi sendiri," kata Seidman seperti dikutip dari Psycom.
Pada akhirnya perilaku ghosting akan membuat korbannya merasa terabaikan dan tak punya harga diri. Orang yang meninggalkannya begitu saja membuat dia dihantui rasa penasaran, terutama pertanyaan 'apa salahku?'. Sementara di dunia yang serba terbuka saat ini, bisa jadi korban ghosting mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh pacar yang telah meninggalkannya begitu saja. Namun lagi-lagi, dia tak mampu menjangkaunya lagi.
Bagi para korban ghosting, Seidman menyarankan agar jangan lagi mengingat ghoster. "Jangan biarkan mereka hadir kembali dan menimbulkan emosi yang menyakitkan," katanya. Seidman saklek menyarankan korban ghosting melupakan ghoster karena orang itu tak akan berkontribusi apapun pada masa depan korban.
Jadi, setelah korban ghosting 'menyiksa diri' dengan memandang foto-foto lama, pesan romantis yang masih tersimpan, dan segala kenangan indah bersama, segera bertindak tepat dengan melupakannya. Caranya, menurut Seidman, dengan mencari pengalih perhatian baru.
Satu hal lagi yang penting bagi korban ghosting adalah berhenti mencari tahu kenapa hubunganmu berakhir. "Hubunganmu berakhir bukan karena kamu atau kesalahan yang kamu lakukan," kata Seidman. Musababnya, ghosting lebih bersifat strategi atau teknik, bukan pada perpisahan itu sendiri.
Artinya, Seidman melanjutkan, seseorang menerapkan ghosting sebagai strategi untuk menutupi kekurangan atau kesalahannya, ketimbang menunjukkan apa masalahnya. Jadi, bagi para korban ghosting, jangan berlama-lama bersedih dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.
Pertahankan harga dirimu dan fokus pada kesehatan, kebahagiaan, serta masa depanmu sendiri. "Biarkan ghoster menghadapi akibat dari ketidakdewasaan mereka dan kurangnya keberanian dalam memutuskan hubungan," kata Saidman.
Baca juga:
Lagu Baru Armada Berjudul Aku Di Matamu Angkat Tema Soal Ghosting