TEMPO.CO, Jakarta - Efek samping vaksinasi Covid-19 yang paling sering diutarakan adalah demam, menggigil, rasa lelah, mual, dan nyeri di tempat suntikan. Beberapa juga mencatat beberapa efek samping lain seperti pembengkakan, ruam, atau Bell's Palsy.
Efek samping adalah sesuatu yang sekarang diharapkan oleh para dokter bagi penerima vaksin Covid-19 dan agar mempersiapkan diri. Apa yang terjadi jika tidak ada efek samping setelah vaksinasi, apakah vaksin efektif?
Meskipun kadang-kadang lebih sulit ditangani, efek samping yang ditimbulkan pascavaksinasi dianggap normal dan sebenarnya merupakan sinyal yang baik. Sederhananya, efek samping dianggap sebagai indikator vaksin itu bekerja.
Vaksin mendorong sistem kekebalan untuk memberikan respons yang besar dengan mengajarkannya untuk melawan penyakit di masa depan. Ini dilakukan dengan menipu tubuh agar mengira mungkin ada patogen di dalam dan meniru beberapa gejala infeksi.
Mengalami efek samping bukanlah hal yang wajib, juga tidak akan mempengaruhi setiap penerima vaksin saat ini. Menurut penelitian, hampir 73 persen orang yang terdaftar dalam berbagai uji klinis vaksin COVID-19 tidak mengalami efek samping tetapi masih memiliki antibodi yang baik sebagai respons terhadap vaksin.
Faktanya, data dari uji coba terkemuka juga telah menetapkan gejala pascavaksinasi dapat sangat bervariasi untuk sang penerima. Jadi, perasaan bukanlah tes yang sebenarnya untuk mengecek vaksinasi.
Baca juga: Benarkah Respons Perempuan terhadap Vaksin Covid-19 Lebih Baik?
Oleh karena itu, tidak perlu mengalami gejala apa pun dan tidak berarti vaksin tersebut tidak bekerja. Sistem kekebalan berfungsi untuk melindungi dari patogen, tetapi dapat dibangun secara berbeda, dan dengan demikian mampu menampilkan respons yang berbeda. Apakah Anda mengalami efek samping yang tidak menyenangkan atau tidak juga tergantung pada hal yang sama.
Seperti yang dikatakan para ahli, ada banyak variasi dalam susunan sistem kekebalan tubuh, perubahan genetik, dan cara kita merespons berbagai vaksin, obat, atau infeksi. Jadi, bisa saja toleransi terhadap suatu gejala tertentu berbeda dengan orang lain. Mungkin tidak terasa apa-apa untuk Anda tetapi mungkin pada orang lain berbeda. Misalnya, penelitian CDC baru-baru ini juga mengamati jenis kelamin juga merupakan faktor penentu utama dalam menetapkan risiko efek samping.
Wanita, misalnya, dapat lebih berisiko mengalami efek samping atau reaksi yang parah. Saat ini, dari pengamatan terhadap vaksin COVID-19, efek sampingnya cenderung lebih kuat dan tidak menyenangkan setelah pemberian dosis kedua. Orang yang mengalami sedikit atau tidak ada efek samping dengan dosis pertama juga mengalami reaksi yang lebih keras untuk dosis kedua.
Oleh karena itu, jika tidak merasakan efek yang ditimbulkan pada suntikan pertama, ada sedikit kemungkinan Anda dapat mengharapkan efek tersebut muncul setelahnya atau mungkin tidak mengalaminya sama sekali. Bagaimana memastikan vaksin bekerja? Tidak ada cara yang tepat untuk memeriksa apakah vaksin bekerja selain mengukur antibodi. Namun, jika Anda berhati-hati dalam mengikuti semua vaksinasi yang boleh dan tidak boleh dilakukan, kemungkinan gagal sangat kecil.
Jika mendapatkan dosis seperti yang dijadwalkan, dapat vaksin dari perusahaan yang sama, tidak ada alasan untuk khawatir. Hanya, langkah-langkah pencegahan dasar yang akan sangat membantu dalam melindungi diri dari risiko virus corona baru. Satu-satunya hal yang penting adalah mengambil semua dosis seperti yang disyaratkan. Oleh karena itu, lakukan vaksinasi Covid-19 ketika giliran tiba dan ingat semua tindakan pencegahan.