TEMPO.CO, Jakarta - Vitamin C dan Vitamin D merupakan dua senyawa yang memiliki keterkaitan terhadap sistem imun, manfaatnya dapat meningkatkan sistem imun tubuh menjadi semakin lebih baik.
Vitamin D merupakan satu-satunya jenis vitamin yang diproduksi tubuh walaupun juga bisa didapatkan dari mengonsumsi makanan yang mengadung vitamin tersebut, sedangkan Vitamin C bisa didapatkan dengan mengonsumsi makanan tertentu yang miliki kandungan seperti itu.
Manfaat vitamin D dan vitamin C ini akan dirasakan oleh tubuh, dan Produksi vitamin D yang bisa dilakukan secara mandiri dengan berjemur di bawah paparan matahari sinar ultraviolet B (UVB), vitamin D merupakan vitamin yang larut di dalam lemak dengan porsi sinar matahari yang cukup dapat membantu produksi Vitamin D dalam tubuh secara mandiri, merangsang senyawa precursor 7-dehidrokolesterol nantinya diubah menjadi senyawa kolekalsiferol.
Itulah mengapa pasien yang terkena Covid-19 dianjurkan untuk berjemur, sebab menurut kesimpulan studi soal vitamin D, sistem kerja vitamin D dapat menghambat ekresi dan mengurangi transkripsi beberapa sitokin proinflamasi, meningkatkan sitokin T helper yang bersifat antiinflamasi.
Sebuah studi kohort retrospektif di Indonesia menyimpulkan bahwa status vitamin D berkaitan erat dengan mortalitas pasien Covid-19. Angka mortalitas ditemukan lebih tinggi pada pasien dengan tidak cukup vitamin D, dibandingkan dengan pasien Covid-19 dengan status vitamin D yang normal. Risiko kematiannya pun meningkat sebanyak 10 sampai 12 kali pada pasien Covid-19 dengan defisiensi Vitamin D. Penelitian ini dilakukan dengan sampel 780 pasien, dengan mengesampingkan faktor perancu, seperti usia, jenis kelamin, dan komorbiditas.
Baca Juga:
Baca: Manfaat Daun Kelor Setara Konsumsi 7 Jeruk Mengandung Vitamin C
Vitamin D telah berperan dalam modulasi sistem imun dengan meningkatkan sitokin yang bersifat antiinflamasi dan menghambat pengeluaran sitokin proinflamasi. Kemampuan vitamin D berinteraksi dengan protein angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor masuknya virus SARS-CoV-2, dapat mengurangi respons inflamasi terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Sedangkan pemberian vitamin C pada pasien Covid-19 jadi terapi potensial untuk tatalaksana kasus Covid-19, yang diketahui bahwa Vitamin C kaya antioksidan dan bermanfaat pencegahan radikal bebas, menginduksi imunitas tubuh seperti produksi kemotaksis dan fagositosis neutrofil yang berdampak meningkatnya bersihan mikroba. Kemudian vitamin C meningkatkan diferensiasi, proliferasi, dan memodulasi fungsi pada sel T, Sel B, dan sel natural killer.
Pemberian Vitamin C untuk terapi empiris pengobatan Covid-19 memberikan suplai Vitamin C kepada pasien Covid-19 memperhatikan tingkat keparahan penyakitnya dengan dosis berkisar antara 50 - 200 mg/kgBB Vitamin C intravena.
TIKA AYU