TEMPO.CO, Jakarta - Masih banyak wanita yang ingin sekali melakukan diet demi mendapatkan tubuh langsing. Berbagai model diet pun sempat menjadi viral dengan promosi besar berbunyi 'Hanya dalam 5 bulan, bisa turun belasan hingga puluhan kilogram'.
Pengurangan berat badan yang instan itu bisa berdampak buruk pada kesehatan Anda. Mungkin Anda akan kurus dalam waktu cepat, tapi Anda pun akan mengalami dampak buruk pada kesehatan. Ahli gizi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Feni Nugraha diet ekstrem bakal menimbulkan berbagai risiko kesehatan. Risiko kesehatan ini beragam mulai dari sembelit yang tampak sepele hingga batu empedu yang cukup serius.
Demi mengurangi berat badan dengan cepat, para pelaku diet biasanya akan mengkonsumsi kalori yang sangat rendah atau defisit kalori. Ada pula yang bahkan tidak mengkonsumsi sayur dan buah. Padahal tanpa asupan serat yang didapat dari sayur dan buah, orang akan susah buang air besar. " Bisa juga buang air besar disertai darah bahkan tidak buang air besar hingga 6 hari," kata Feni pada Instagram Live bersama Good Doctor pada 14 Maret 2021.
Baca: Diet Keto untuk Obesitas, Seberapa Manjur?
Menurut Feni, serat yang terdapat pada buah dan sayur sangat diperlukan dalam proses buang air besar. Kandungan serat akan menarik air ke usus besar dan membuat feses lebih lunak dan berbentuk sehingga BAB lancar. "Saat serat kurang karena diet ekstrem, memang akan membuat sembelit," kata Feni.
Dampak buruk lain saat orang melakukan diet ekstrem adalah mengalami kekurangan mikronutrien. Salah satu program diet yang sedang viral saat ini menyarankan masyarakat untuk tidak mengkonsumsi sayur dan buah demi mendapatkan tubuh kurus.
Ahli gizi Arti Indira mengatakan bahwa orang yang sedang diet tidak perlu takut sayuran akan menambah berat badan mereka dan membuat gemuk. Tidak jarang pula, orang yang sedang diet diminta untuk tidak mengkonsumsi nasi. Padahal, kata Indira, selain sebagai sumber karbohidrat, di dalam nasi juga ada vitamin dan mineral seperti zat besi, fosfor, magnesium, dan mangan. "Jangan terlalu restriktif saat menjalankan program diet," kata Indira.
Dampak buruk lain yang bisa dialami orang yang melakukan diet ekstrem adalah terkena batu empedu. Banyak pula orang yang melakukan diet ekstrem dengan tidak mengkonsumsi atau sangat mengurangi konsumsi lemak. Padahal, Dokter spesialis gizi Samuel Oentoro mengatakan seseorang tentu saja boleh bahkan perlu makan lemak. Dengan syarat lemak baik seperti dari alpukat.
Lemak nantinya akan masuk ke usus dua belas jari dan memicu empedu untuk memompa cairan ke usus. Cairan empedu akan memudahkan lemak untuk diserap tubuh di samping nanti akan diproses lagi dengan enzim pencernaan.
"Kalau asupan lemak sangat sedikit atau tidak ada, maka tidak ada rangsangan bagi kantong empedu untuk memompa keluar cairan empedu. Akhirnya cairan empedu tersimpan saja di dalam kantong, mengendap, dan lama-lama terbentuklah batu empedu," kata Samuel.
Samuel meminta masyarakat berhati-hati mengikuti berbagai model diet yang sedang viral. Bagi yang mengikuti program diet khusus, ia sangat menyarankan agar mengikuti pendampingan dokter gizi.
Indira pun mengingatkan agar masyarakat mengikuti program diet yang dikampanyekan pemerintah, yaitu pedoman Isi Piringku. Dalam rumus Isi Piringku, satu piring terdiri dari karbohidrat (terutama karbohidrat kompleks), protein baik nabati maupun hewani juga sayur dan buah. Selain mengikuti pendoman Isi Piringku, masyarakat pun diminta untuk melakukan olahraga secara teratur.