TEMPO.CO, Jakarta - Sejak pandemi COVID-19, orang dua kali lebih sering mencuci tangan sebanyak 64 persen dibandingkan menyikat gigi sebanyak 31 persen. Orang dua kali lebih sering menggunakan hand sanitizer sebanyak 52 persen dibandingkan menggunakan obat kumur sebesar 20 persen.
Ada lima masalah gigi dan mulut yang sering dialami selama pandemi, antara lain mulut kering, bau mulut, gusi dan gigi berdarah saat menyikat gigi atau saat menggunakan benang gigi, kemudian nyeri pada gigi gusi atau mulut, dan adanya lubang pada gigi yang baru terbentuk.
Pakar kesehatan gigi menyebut terjadi penurunan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari pada masyarakat Indonesia sejak pandemi COVID-19. Kebiasaan menjaga kesehatan tidak tercermin pada kebiasaan sikat gigi.
"Sebagian besar orang mengaku telah mengabaikan kebiasaan menyikat gigi," kata Head of Sustainable Living Beauty and Personal Care and Home Care, Unilever Indonesia Foundation, Drg. Ratu Mirah Afifah.
Survei terhadap 1.000 responden berusia 18 tahun ke atas melaporkan 9 persen orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari, kemudian 11 persen anak-anak juga mengikuti kebiasaan orang tua. Kemudian, tujuh dari 10 orang memperlihatkan perilaku yang cenderung fokus pada kesehatan dan kesejahteraan menyeluruh selama pandemi.
Baca juga: Cegah Covid-19 di Keluarga dengan Disinfeksi Sikat Gigi, Cek Caranya
"Terjadi peningkatan dari kebiasaan-kebiasaan seperti makan makanan yang sehat, berolahraga, mengurangi merokok, dan mengurangi minum minuman beralkohol," kata Mirah.
Kebiasaan buruk juga meningkat selama di rumah, yakni dua dari lima orang dewasa mengaku tidak menyikat gigi seharian dan ada tujuh dari 10 orang malas pergi ke dokter gigi.
"Kebiasaan tersebut mudah ditiru oleh anak-anak. Apabila orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari, anak-anak tujuh kali lebih memungkinkan untuk tidak menyikat gigi," kata lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran itu.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memperlihatkan proporsi dari populasi anak yang memiliki gigi berlubang pada usia dini masih sangat tinggi, berkisar 93 persen. Artinya, hanya 7 persen anak Indonesia yang bebas dari karies gigi. Federation Dental International (FDI) dan WHO menargetkan program bebas karies gigi di setiap negara pada anak dengan rentang usia 5-6 tahun setidaknya harus mencapai 50 persen.
Banyak kebijakan pemerintah yang dilakukan untuk mencapai target tersebut di antaranya program Nusantara Sehat, yaitu melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis kepada tim yang disebar ke seluruh Indonesia, termasuk tenaga kesehatan gigi maupun kesehatan lain.