Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gejala Mirip, Bedakan Serangan Jantung dan Sindrom Patah Hati

Reporter

image-gnews
Ilustrasi wanita sedih atau patah hati. Freepik.com
Ilustrasi wanita sedih atau patah hati. Freepik.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masalah jantung bisa menjadi efek patah hati atau putus cinta dan seringkali disebabkan oleh situasi stres dan emosi yang ekstrem. Kondisi tersebut juga dapat memicu penyakit fisik yang serius, bisa disebut kardiomiopati stres, kardiomiopati takotsubo, atau sindrom balon apikal.

Dilansir dari Mayo Clinic, orang dengan sindrom patah hati mungkin mengalami nyeri dada mendadak atau mengira mengalami serangan jantung. Sindrom patah hati hanya mempengaruhi sebagian jantung, yang untuk sementara mengganggu fungsi pemompaan normal.

Bagian jantung lain terus berfungsi normal atau bahkan mungkin mengalami kontraksi lebih kuat. Gejala sindrom patah hati dapat diobati dan kondisi biasanya membaik dalam beberapa hari atau minggu, bisa menyerupai serangan jantung.

Gejala umum termasuk nyeri dada dan sesak napas. Nyeri dada yang berlangsung lama atau terus-menerus bisa menjadi tanda serangan jantung. Jadi, penting untuk menanggapinya dengan serius dan menghubungi dokter. Jika mengalami nyeri dada, detak jantung yang sangat cepat atau tidak teratur, atau sesak napas setelah kejadian yang membuat stres, segera hubungi layanan medis darurat.

Penyebab pasti sindrom patah hati masih belum jelas. Diperkirakan lonjakan hormon stres, seperti adrenalin, dapat merusak jantung untuk sementara waktu. Bagaimana hormon-hormon ini dapat melukai jantung atau apakah ada hal lain yang bertanggung jawab masih belum jelas.

Baca juga: Sulit Lupakan Mantan Kekasih usai Putus Cinta, Coba Kiat Berikut

Penyempitan sementara arteri besar atau kecil jantung diduga berperan. Orang yang mengalami sindrom patah hati mungkin juga memiliki perbedaan dalam struktur otot jantung. Sindroma patah hati seringkali didahului oleh peristiwa fisik atau emosional yang intens. Beberapa pemicu potensial sindrom patah hati adalah:
-Kematian orang yang dicintai atau juga putus cinta.
-Diagnosis medis yang menakutkan.
-Kekerasan dalam rumah tangga.
-Kehilangan atau bahkan menang lotere.
-Pertengkaran hebat
-Kejutan
-Berbicara di depan umum
-Kehilangan pekerjaan atau kesulitan keuangan.
-Perceraian
-Stres fisik, seperti serangan asma, infeksi COVID-19, patah tulang, atau operasi besar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada juga kemungkinan beberapa obat, meski jarang, dapat menyebabkan sindrom patah hati dengan menyebabkan lonjakan hormon stres. Obat-obatan yang dapat menyebabkan sindrom patah hati meliputi:
-Epinefrin (EpiPen, EpiPen Jr.), yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang parah atau serangan asma yang parah.
-Duloxetine (Cymbalta), obat yang diberikan untuk mengobati masalah saraf pada penderita diabetes atau sebagai pengobatan untuk depresi.
-Venlafaxine (Effexor XR), pengobatan untuk depresi Levothyroxine (Synthroid, Levoxyl), obat yang diberikan kepada orang yang kelenjar tiroidnya tidak berfungsi dengan baik.
-Stimulan yang tidak diresepkan atau ilegal, seperti metamfetamin dan kokain.

Apa perbedaan sindrom patah hati dengan serangan jantung? Serangan jantung umumnya disebabkan oleh penyumbatan arteri jantung yang lengkap atau hampir seluruhnya. Penyumbatan ini disebabkan oleh pembentukan gumpalan darah di lokasi penyempitan akibat penumpukan lemak (aterosklerosis) di dinding arteri.

Pada sindrom patah hati, arteri jantung tidak tersumbat meski aliran darah di arteri jantung bisa jadi berkurang. Ada sejumlah faktor risiko yang diketahui terkait sindrom patah hati, termasuk:
-Seks. Kondisi ini lebih sering mempengaruhi wanita daripada pria.
-Usia. Tampaknya kebanyakan orang yang mengalami sindrom patah hati berusia lebih dari 50 tahun.
-Riwayat kondisi neurologis. Orang yang memiliki kelainan saraf, seperti cedera kepala atau gangguan kejang (epilepsi) memiliki risiko lebih besar mengalami sindrom patah hati.
-Gangguan kejiwaan sebelumnya atau saat ini. Jika pernah mengalami gangguan seperti kecemasan atau depresi, Anda mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom patah hati.

Dalam kasus yang jarang terjadi, sindrom patah hati berakibat fatal. Namun, kebanyakan orang yang mengalami cepat sembuh dan tidak memiliki efek jangka panjang. Komplikasi lain dari sindrom patah hati termasuk:
-Cadangan cairan masuk ke paru-paru (edema paru).
-Tekanan darah rendah (hipotensi)
-Gangguan detak jantung.
-Gagal jantung

Mungkin juga Anda mengalami sindrom patah hati lagi jika mengalami peristiwa stres lain. Namun, kemungkinan hal ini terjadi rendah. Sindroma patah hati terkadang terjadi lagi meski kebanyakan orang tidak akan mengalami kejadian kedua.

Banyak dokter merekomendasikan pengobatan jangka panjang dengan beta blocker atau obat serupa yang memblokir efek hormon stres yang berpotensi merusak jantung. Mengenali dan mengelola stres dalam hidup juga dapat membantu mencegah sindrom patah hati, meski saat ini tidak ada bukti kuat.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

1 hari lalu

ilustrasi jantung (pixabay.com)
Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.


Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

8 hari lalu

Ilustrasi wanita diet. Freepik.com/Schantalao
Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

Diet sayur dan rendah gula, yang dikenal sebagai diet EAT-Lancet, membantu mengurangi risiko gagal jantung. Bagaimana hubungannya?


7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

9 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

13 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Gejala Penyakit Jantung yang Biasa Muncul saat Bangun Tidur

14 hari lalu

ilustrasi jantung (pixabay.com)
Gejala Penyakit Jantung yang Biasa Muncul saat Bangun Tidur

Penelitian baru-baru ini menemukan gejala penyakit jantung yang biasanya terjadi di pagi hari. Berikut penjelasannya.


Makanan Bersantan Siap Menyerbu Saat Lebaran, Ahli Gizi: Jangan Dipanaskan Berulang

17 hari lalu

Ilustrasi opor ayam. shutterstock.com
Makanan Bersantan Siap Menyerbu Saat Lebaran, Ahli Gizi: Jangan Dipanaskan Berulang

Anda sudah siapkan opor, rendang hingga gulai untuk hidangan Lebaran? Ingat pesan dokter gizi soal makanan bersantan


Olahraga, Cara Ampuh Cegah Varises. Simak Saran Dokter Jantung

19 hari lalu

Varises. Usaveinclinics.com
Olahraga, Cara Ampuh Cegah Varises. Simak Saran Dokter Jantung

Olahraga merupakan cara ampuh mencegah varises karena dapat melancarkan sirkulasi darah dari kaki ke jantung. Ini jenis yang dianjurkan.


Saran BKKBN untuk Ibu Hamil Berumur di Atas 35 Tahun

22 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil. shutterstock.com
Saran BKKBN untuk Ibu Hamil Berumur di Atas 35 Tahun

Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih diimbau rutin cek kesehatan mulai dari gula darah, tekanan darah, hingga jantung karena risiko lebih tinggi.


Bahaya Hipoglikemia Berulang, Stroke hingga Gangguan Jantung

25 hari lalu

Ilustrasi tes gula darah penderita diabetes (pixabay.com)
Bahaya Hipoglikemia Berulang, Stroke hingga Gangguan Jantung

Hipoglikemia jangan sampai terjadi secara berulang karena tidak baik bagi kesehatan otak dan jantung.