TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas fisik, baik berjalan kaki atau bersepeda, akan menyehatkan jasmani sehingga terhindar dari penyakit non-infeksi yang jumlah penderitanya saat ini di Indonesia terus bertambah akibat masyarakat kurang bergerak. Selain itu, secara empiris terbukti tingkat polusi di Jabodetabek yang bersumber dari transportasi cukup parah dan kondisi ini membahayakan semua. Untuk itu, salah satu jalan keluarnya adalah semaksimal mungkin menggunakan angkutan umum massal dan transportasi nonbermotor (NMT) serta mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Pendiri dan ketua Junior Doctor Network Indonesia, dr. Andi Khomeini Takdir, SpPD., mengatakan kebiasaan naik transportasi umum dan NMT sangat terkait erat dengan kesehatan badan dan lingkungan. Menggunakan transportasi umum akan berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas udara sehingga masyarakat terhindar dari gangguan paru-paru. Naik transportasi umum juga menghindari duduk berlama-lama di dalam kendaraan pribadi yang tidak baik bagi kesehatan dan membuat stres.
Baca juga: Tips Aman Naik Angkutan Umum di Masa Pandemi Covid-19
“Naik transportasi umum dan NMT membuat tingkat stres rendah dan asam lambung terjaga," katanya.
Apalagi jika memperbanyak jalan kaki atau bersepeda, imunitas akan lebih baik. Untuk itu, upaya menjaga kepercayaan publik terhadap transportasi umum dan NMT harus tetap digaungkan walau di masa pandemi agar setelah pandemi menjadi budaya baru.
"Untuk mobilitas harian, solusinya adalah transportasi publik,” ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, pegiat lingkungan Nadine Chandrawinata juga menambahkan transportasi publik yang ramah lingkungan berdampak besar tidak hanya bagi kesehatan lingkungan tetapi juga kesehatan jiwa dan raga.
Jika polusi udara berkurang maka semua bisa menikmati udara bersih. Jika udara bersih maka kegiatan olahraga, misalnya berjalan atau bersepeda, juga akan lebih nyaman. Ini baik untuk kesehatan mental, jiwa, dan badan. Sangat banyak hal positif kalau naik angkutan umum, termasuk lebih hemat dan efisien.