TEMPO.CO, Jakarta - Hari Kesadaran Autisme Sedunia diperingati pada hari ini, tanggal 2 April setiap tahunnya. Tema yang diangkat di tahun ini yaitu "Inclusion In The Workplace: Challenges and opportunities in a Post-Pandemic World". Tema ini didasari oleh keadaan di mana Covid-19 menambah ketidaksetaraan pada penderita autisme semakin parah.
Penyandang autisme telah lama menghadapi banyak dari ketidaksetaraan, yang semakin diperburuk oleh pandemi. Mulai dari pendapatan, perlindungan hukum, hingga politik. Ini adalah masalah yang didapat dari sistem perekrutan yang diskriminatif yang menghadirkan kendala utama bagi penyandang autisme.
Hari Kesadaran Autisme Sedunia ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang disahkan pada 1 November 2007, dan ditetapkan pada 18 Desember 2007 melalui resolusi Majelis Umum PBB 62/139. Peringatan ini diusulkan oleh perwakilan PBB dari Qatar, Mozah Bint Nasser Al-Missned, Hamad Bin Khalifa Al-Thani, Emir Negara Qatar, dan didukung oleh semua anggota dari berbagai negara.
Baca: Hari Autisme Sedunia dan Kesadaran Masyarakat
Tujuan dibuatnya hari peringatan ini adalah untuk mendorong negara anggota PBB untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak autisme di seluruh dunia. Hal ini diharapkan agar kesadaran akan autisme meningkat sehingga bisa dilakukan diagnosis lebih cepat terhadap para pengidapnya.
Dengan resolusi inilah, tanggal 2 April terhitung sejak tahun 2008 diperingati sebagai Hari Kesadaran Autisme Sedunia. Dengan ditetapkannya hari ini, autisme sebagai masalah kesehatan global jelas mendapatkan perhatian dunia.
WINDA OKTAVIA