TEMPO.CO, Jakarta - Gejala dan tingkat keparahan autisme dapat berbeda pada tiap penderitanya. Pada penderita autisme dengan gejala yang ringan, aktivitas sehari-hari masih dapat dilakukan dengan normal.
Gejala penyandang autisme yang muncul adalah terkait dengan cara penderita berkomunikasi dan berinteraksi. Sekitar 80-90 persen penderita, mulai menampakkan gejala pada usia 2 tahun.
Gejala autisme digolongkan dalam dua kategori yaitu:
1. Katergori pertama merujuk pada penyandang autisme dengan gangguan dalam melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi. Gejala ini dapat meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal.
2. Kategori kedua penyandang austime dengan gangguan yang meliputi pola pikir, minat, dan perilaku berulang yang kaku. Contoh gerakan berulang, misalnya mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut terganggu.
Umumnya, penyandang autisme cenderung memiliki masalah dalam belajar dan kondisi kejiwaan lainnya, seperti gangguan hiperaktif atau disebut juga Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan kecemasan, dan depresi. Berikut adalah beberapa gejala yang biasanya muncul pada penderita autisme:
1. Gejala Terkait Komunikasi dan Interaksi Sosial
Sekitar 25-30 persen anak dengan autisme kehilangan kemampuan berbicara, meski mereka mampu berbicara saat kecil. Sedangkan 40 persen anak autisme tidak berbicara sama sekali. Gejala lain terkait komunikasi dan interaksi sosial adalah:
-Tidak merespons saat namanya dipanggil
-Tidak pernah mengungkapkan emosi
-Tidak bisa memulai atau meneruskan percakapan
-Sering mengulang kata
-Sering menghindari kontak mata
-Nada bicara yang tidak biasa
-Lebih senang menyendiri
-Cenderung tidak memahami pertanyaan
-Enggan berbagi, berbicara, atau bermain dengan orang lain
-Menghindari dan menolak kontak fisik
Baca: Hari Kesadaran Autisme Sedunia, Pandemi Menambah Ketidaksetaraan Semakin Parah
2. Gejala Pada Pola Perilaku
-Sensitif terhadap cahaya, sentuhan, atau suara, tapi tidak merespons terhadap rasa sakit.
-Rutin menjalani aktivitas tertentu, dan marah jika ada perubahan.
-Memiliki kelainan pada sikap tubuh atau pola gerakan, misalnya selalu berjalan dengan berjinjit.
-Melakukan gerakan repetitif, misalnya mengibaskan tangan atau mengayunkan tubuh ke depan dan belakang.
-Hanya memilih makanan tertentu, misalnya makanan dengan tekstur tertentu.
Selain berbagai gejala tersebut, anak autisme atau penyandang autisme juga sering mengalami gejala yang terkait dengan kondisi lain, misalnya ADHD, Epilepsi, Sindrom Tourette, gangguan obsesif kompulsif (OCD), Dyspraxia, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, dan depresi.
WINDA OKTAVIA