TEMPO.CO, Jakarta - Peran teknologi digital semakin besar untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Begitu menurut penelitian The Pulse of Asia. Studi kolaborasi riset antara Prudential Corporation Asia dan sebuah grup perusahaan jasa keuangan terkemuka di Inggris, The Economist Intelligence Unit, itu mengungkapkan mayoritas atau 67 persen responden di Indonesia mengatakan aplikasi kesehatan mobile bermanfaat untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan.
Sebanyak 68,7 persen responden Indonesia mengatakan mereka akan menggunakan lebih banyak teknologi kesehatan digital pribadi selama tiga tahun ke depan untuk meningkatkan kesehatan. Studi yang melibatkan 5.000 orang dewasa di 13 pasar di Asia antara Agustus dan September 2020 itu juga melihat kesiapan menghadapi krisis akibat kondisi medis, di mana hanya 29 persen responden dari Indonesia yang mengaku siap menghadapi tantangan tersebut, paling rendah dibanding tingkat kesiapan masyarakat di negara Asia lain.
Di sisi lain, studi ini juga mengungkap peran teknologi digital untuk menjawab tantangan serta kesenjangan kesehatan. Hasil studi mengungkap tingkat penerimaan teknologi kesehatan digital pribadi di Indonesia lebih tinggi dibanding negara Asia lain dengan lebih dari setengah (54,3 persen) responden terbuka untuk pemanfaatan teknologi ini. Tingkat penerimaan ini di atas rata-rata penerimaan masyarakat di Asia yang hanya sebesar 43,9 persen.
Baca juga: Perawatan dengan Teknologi Kesehatan Dinilai Bisa Kurangi Stres Para Dokter
Lebih lanjut, media sosial menjadi sumber informasi yang paling umum digunakan di Indonesia dan tingkat pemanfaatannya sebagai sumber informasi kesehatan, bahkan menjadi yang terbesar di Asia – setingkat dengan Thailand. Menurut data APJII yang dirilis November 2020, sebagian besar masyarakat Indonesia memang memilih mengakses internet melalui ponsel. Dari jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 196,7 juta, sebanyak 95,4 persen menggunakan ponsel pintar untuk mengakses internet.
Studi mengungkap dibandingkan dengan negara di Asia lain, responden di Indonesia paling banyak merasakan stres akibat COVID-19. Hal ini disinyalir karena tingginya tingkat infeksi dan kematian.
Meskipun tingkat stres tinggi, masyarakat Indonesia justru terdorong untuk hidup lebih aktif agar lebih sehat. Pasalnya, hanya 11 persen responden dari Indonesia, lebih sedikit dibanding rata-rata di Asia (sebesar 21,6 persen), yang tidak melakukan upaya apa pun untuk meningkatkan kesehatan.
Mayoritas (42,9 persen) responden Indonesia melakukan setidaknya dua upaya untuk meningkatkan kesehatan, lebih tinggi dari rata-rata dari mayoritas Asia (30,9 persen) yang menjawab hal yang sama. Semangat untuk lebih sehat juga ditunjang optimisme besar, bahkan terbesar di Asia. Responden percaya kondisi kesehatan akan membaik di tahun 2021.