TEMPO.CO, Jakarta - Ramadan segera datang. Kita pun harus mempersiapkan diri agar sehat saat menjalankan puasa Ramadan.
Menurut Dekan FKUI, Ari Fahrial Syam, hikmah puasa adalah agar sehat karena dalam berpuasa ada pembatasan asupan makanan, keteraturan makan, dan pengendalian diri. Ketiga unsur ini adalah sesuatu yang seharusnya konsisten dilaksanakan, baik pada saat berpuasa dan setelah berpuasa.
Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan orang yang puasa Ramadan selama sebulan penuh akan mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan yang tidak berpuasa. Tentu hal ini juga diharapkan membawa manfaat untuk mencegah Covid-19.
"Puasa Ramadan membuat kita mengurangi frekuensi makan yang biasanya tiga kali menjadi dua kali. Jika ini dilaksanakan memang akan terjadi pembatasan asupan makan dan pembatasan kalori (restriksi kalori). Dampak adanya pembatasan makan, dalam hal ini pembatasan asupan kalori, jelas akan membawa manfaat kesehatan bagi seseorang yang menjalani ibadah puasa tersebut," paparnya.
Ari menjelaskan, pembatasan makan akan membuat tubuh melakukan penghancuran lemak. Pembatasan makan juga menyebabkan pengurangan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh. Jadi, dengan adanya pembatasan makan, berat badan akan turun, kolesterol turun, kadar gula darah juga menjadi lebih terkontrol.
Baca juga: Ramadan Semakin Dekat, Ini Kiat Membuka Usaha di Bulan Puasa
Selain itu, adanya puasa sepanjang hari akan membuat kita mengurangi konsumsi camilan yang tidak sehat, seperti cokelat, keju, lemak, mengurangi makanan manis dan asin yang belum tentu sehat bagi tubuh. Selain itu, yang merokok akan mengurangi rokoknya setiap hari sehingga puasa akan membuat orang sehat menjadi tambah sehat dan orang dengan penyakit kronis, seperti hipertensi, kencing manis, kegemukan, dan kolesterol tinggi, akan membuat penyakit menjadi lebih baik dan terkontrol.
Tentu kondisi sehat yang diharapkan ini tidak akan tercapai kalau dalam berpuasa kita melakukan budaya balas dendam saat berbuka. Misalnya menggandakan makan siang dan makan malam sehingga tujuan pembatasan makan dan kalori tidak tercapai.
Membatasi asupan kalori dengan cara berpuasa ini sering disebut sebagai intermittent fasting. Intermittent fasting dihubungkan dengan terjadinya peningkatan daya tahan tubuh orang-orang yang berpuasa.
"Kita berharap jika memang sudah terjadwal vaksinasi di bulan Ramadan, berharap sistem antibodi yang terbentuk akan lebih baik. Vaksin sendiri karena berbentuk obat yang disuntikkan ke dalam tubuh tidak membatalkan puasa tetapi untuk masyarakat yang sedang berpuasa Ramadan sebaiknya mendapat vaksinasi pada malam hari," tambahnya.
Pasien sakit maag yang sebagian besar adalah sakit maag fungsional, yaitu jika dilakukan evaluasi tidak ditemukan kelainan. Pasien dengan maag fungsional biasanya dengan berpuasa keluhan sakit berkurang dan merasa lebih sehat. Hal ini terjadi karena keluhan sakit maag akibat makan tidak teratur, konsumsi camilan seperti makanan berlemak, asam, dan pedas sepanjang hari, minuman bersoda dan kopi, merokok, dan juga stres.
Selama berpuasa, pasien-pasien ini pasti makan lebih teratur karena hanya dua kali dengan waktu yang lebih kurang sama setiap hari, yaitu saat sahur dan berbuka. Keteraturan inilah yang bisa membuat pasien dengan sakit maag tersebut sembuh.
Pengendalian diri merupakan hal penting agar tetap sehat. Jiwa yang sehat kunci tetap sehat. Berbagai macam sakit fisik terjadi karena jiwa yang terganggu. Kita mengenal psikosomatik. Pasien yang cemas cenderung asam lambungnya tinggi dan akhirnya maagnya dapat terganggu.
Pasien dengan hipertensi tekanan darah akan naik jika emosi terganggu. Pasien asma bisa kambuh karena sedang dalam keadaan stres. Jantung berdebar-debar, tangan berkeringat, pegal-pegal di tengkuk bisa berhubugan dengan faktor psikis. Dengan pengendalian diri selama Ramadan diharapkan faktor psikis yang mengganggu fisik tersebut tidak muncul.