TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa ciri anak autisme adalah terlambat dalam perkembangan komunikasi, sosialisasi, dan perilaku. Psikiater dan Ketua Yayasan Autisma Indonesia, dr. Melly Budhiman, meminta para orang tua yang memiliki anak autisme agar melakukan terapi secara rutin namun tetap memperhatikan kenyamanan anak.
"Banyak orang tua yang menginginkan anaknya cepat maju, kemudian terapi ini, terapi itu, anak butuh waktu juga untuk istirahat, untuk bermain," kata Melly.
Menurutnya, terapi yang berlebihan tidak baik untuk perkembangan anak. "Ada orang tua yang dalam sehari nonstop delapan jam terapi anaknya, kasihan amat," ujarnya.
Melly juga menyarankan orang tua sebaiknya memberikan perhatian lebih besar kepada anak autisme. Jika kedua orang tua bekerja, sebaiknya ibu mau berkorban untuk tidak bekerja sementara waktu demi mendukung tumbuh kembang anak.
Baca juga: Yuk, Kenali Gejala Autisme Sejak Dini pada Anak
Ia menambahkan mempercayakan anak dengan autisme kepada pengasuh bisa berisiko anak dapat diperlakukan secara tidak baik lantaran perilaku anak yang bisa membuat kesal pengasuh. Para orang tua diharapkan memperhatikan perkembangan anak dan tidak ragu memeriksakannya ke dokter atau ke klinik tumbuh kembang jika merasa anak mengalami keterlambatan perkembangan.
"Jangan ragu atau malu pergi ke dokter atau ke klinik tumbuh kembang karena semakin cepat ditangani, semakin baik," kata pakar autisme ini.
"Kalau ditangani sejak dini, betul-betul ditangani dengan baik, dia berkembang dan gejala-gejalanya semakin berkurang. Kalau sudah besar, dia sudah mulai bisa berkomunikasi, bisa main dengan temannya, perilakunya tidak aneh-aneh lagi, dapat kita katakan anak itu sudah pulih," jelas Melly.
Ia menuturkan ada banyak anak dengan autisme yang tumbuh dewasa dan menjadi sosok yang berprestasi dan berhasil dalam kehidupan. "Kalau IQ-nya normal, ada juga yang sudah jadi dokter, insinyur, sarjana pendidikan, arkeolog, matematika murni," tuturnya.