TEMPO.CO, Jakarta - Osteoporosis terjadi ketika tulang secara perlahan kehilangan kepadatan sehingga menjadi lemah dan rentan patah. Osteoporosis paling sering menyebabkan keretakan di panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan.
Osteoporosis dikenal sebagai penyakit senyap sebab pengidap tidak merasakan gejala apapun sampai kecelakaan seperti terpeleset atau jatuh menyebabkan patah tulang. Menurut pubmed.ncbi.nlm.nih.gov, peningkatan kejadian patah tulang pinggul di antara orang tua di negara maju telah dikaitkan dengan peningkatan prevalensi osteoporosis.
Baca Juga:
Gaya hidup yang semakin tidak aktif atau yang kini tren disebut mager menjadi salah satu faktor yang berkontribusi signifikan terhadap peningkatan prevalensi osteoporosis. Misalnya sitting desease, yakni kebiasaan yang hanya berdiam diri di satu tempat.
Gaya hidup ini pun membuat tulang-tulang jarang bergerak dan otot-otot jarang diregangkan. Padahal, kegiatan fisik perlu dilakukan untuk kebugaran tubuh, termasuk kesehatan tulang. Tulang dan otot diciptakan untuk bekerja atau bergerak. Bila gaya hidup tidak aktif, hal ini dapat mempengaruhi regulasi tubuh sehingga membuat tulang lebih lemah dan bisa dikaitkan dengan risiko osteoporosis yang lebih tinggi. Selain gaya hidup kurang gerak, ada beberapa faktor lain yang juga menyebabkan osteoporosis.
-Hormon seks. Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan siklus menstruasi yang bolong-bolong atau menopause dapat menyebabkan osteoporosis pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan osteoporosis. Hal ini dapat dimodifikasi dengan perubahan pola makan dan juga terapi hormonal.
-Anoreksia nervosa. Pada anoreksia nervosa, tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang seharusnya sehingga kekurangan komponen yang dibutuhkan untuk menjaga kepadatan tulang.
-Kurang kalsium dan vitamin D dapat menyebabkan tulang rapuh.
-Penggunaan obat-obatan tertentu
-Kurang aktivitas fisik
-Merokok
-Alkohol
Diagnosis osteoporosis biasanya dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat medis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik, rontgen tulang, densitometri tulang, dan tes laboratorium khusus. Jika mendiagnosis massa tulang yang rendah, dokter mungkin ingin melakukan tes tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang dapat menyebabkan keropos tulang, termasuk osteomalasia atau penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh mineralisasi tulang yang abnormal, atau hiperparatiroidisme, yakni aktivitas berlebihan kelenjar paratiroid.
Densitometri tulang biasanya dilakukan pada wanita yang menginjak usia menopause. Beberapa jenis densitometri tulang digunakan untuk mendeteksi tulang keropos di berbagai area tubuh. Dual-energi x-ray absorptiometry (DEXA) adalah salah satu metode yang paling akurat, tetapi teknik lain juga dapat mengidentifikasi osteoporosis, termasuk photon absorptiometry tunggal (SPA), computed tomography kuantitatif (QCT), absorptiometri radiografi, dan USG.
Dokter dapat menentukan metode mana yang paling cocok untuk pengidap osteoporosis. Perawatan untuk osteoporosis meliputi:
-Diet seimbang kaya kalsium dan vitamin D
-Olahraga
-Gaya hidup sehat
-Obat-obatan, jika diperlukan (terapi penggantian estrogen, modulator reseptor estrogen selektif, kalsitonin, dan bifosfonat).
Baca juga: Kiat agar Tulang Sehat Terjaga sampai Tua