TEMPO.CO, Jakarta - Pemenuhan gizi kala remaja adalah hal yang sangat krusial. Ahli gizi Novitria Dwinanda mengatakan kecukupan gizi saat remaja sangat penting karena akan berpengaruh pada kesehatan saat dewasa.
“Apabila kebutuhan remaja tidak terpenuhi, pada masa depan akan muncul gangguan pertumbuhan fisik, penyakit kronis seperti diabetes, jantung, kanker, terhambatnya maturasi seksual, hingga osteoporosis,” ujar Novitria dalam webinar nasional Pita Putih Indonesia (PPI) “Mau Jadi Generasi Anti Lowbatt? Charging Your Body”, Kamis, 29 April 2021.
Dia menambahkan sejumlah komponen nutrisi yang sangat penting untuk dipenuhi saat remaja, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, dan bumbu serta rempah. Remaja putri membutuhkan sekitar 2.200 hingga 2.500 kalori per hari, sedangkan remaja putra butuh 2.400 hingga 3.000 kalori per dua hari. Untuk remaja, membutuhkan 30 persen lemak pada satu mangkok makanan. Pemilihan lemak yang tepat sangat diperlukan.
“Kalori dan nutrisi dibutuhkan untuk pembentukan otot, tulang, hingga perkembangan otak agar ia bisa tumbuh maksimal dari segi fisik maupun kemampuan belajar. Saat memasuki usia remaja, keutuhan nutrisi atau gizi di tubuh meningkat,” ujarnya.
Ketua Umum Pita Putih Indonesia (PPI), Giwo Rubianto Wiyogo, mengatakan para remaja perlu meningkatkan kepedulian pada gizi. Asupan gizi seimbang dan gaya hidup harus bisa terus digalakkan dan bisa mendiseminasikan dengan teman sebaya.
“Tidak hanya soal perkembangan fisik, mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi juga penting agar remaja bisa berprestasi di sekolah dan tidak mengalami kesulitan konsentrasi saat belajar,” kata Ketua Umum Kowani itu.
Dia berharap remaja harus tumbuh dengan sehat jiwa dan raga agar kelak mampu membawa bangsa menjadi besar dan penuh manfaat bagi dunia. Penyelenggaraan webinar nasional itu bertujuan untuk memberikan sosialisasi tentang pentingnya asupan gizi seimbang dan gaya hidup sehat bagi remaja sebagai persiapan menuju kehidupan dewasa kelak.
Remaja diharapkan dapat mengubah kebiasaan memilih makanan menjadi makanan yang bergizi seimbang serta membiasakan hidup sehat sehingga diharapkan akan mengurangi angka remaja yang kekurangan zat besi (anemia), kurang tinggi badan (stunting), kurang energi kronis (kurus), dan kegemukan atau obesitas.
“Diharapkan pula mampu melakukan edukasi terkait gizi seimbang bagi remaja di lingkungan komunitas remaja di tempatnya masing-masing,” ucap Giwo.
Baca juga: Survei: Keterampilan Hidup Ini Tak Dimiliki Remaja Sekarang