TEMPO.CO, Jakarta - Pada dasarnya penyakit glaukoma dibagi jadi dua tipe, glaukoma primer dan sekunder. Glaukoma primer adalah jenis penyakit mata yang tidak dapat diketahui penyebab pastinya, sedangkan tipe kedua biasanya dipicu oleh penyakit atau gangguan kondisi kesehatan lain.
Berdasarkan turunan tipe tersebut, glaukoma masih digolongkan lagi jadi beberapa jenis. Beda gejala dan penyebab yang bervariasi. Berikut sekilas penjelasannya:
Urutan pertama dikenal jenis glaukoma sudut terbuka atau glaukoma sudut terbuka primer. Jenis paling umum ditemukan. Hingga kini ini, para ahli belum mengetahui apa penyebab meningkatnya tekanan di mata pada kasus jenis ini, sehingga tergolong klasifikasi primer.
Kondisi yang ditemukan pada glaukoma sudut terbuka sekilas seperti normal, saluran pembuangan cairan mata tersumbat seiring berjalannya waktu. Akibatnya, cairan menumpuk di bagian dalam mata dan menyebabkan tekanan bola mata tinggi.
Hal ini terjadi karena sudut pada mata di mana iris yaitu bagian lingkaran mata yang berwarna bertemu dengan kornea terbuka dengan lebar layaknya normal. Sehingga kebanyakan pengidap glaukoma sudut terbuka tidak merasakan tanda-tanda dan gejala yang berarti.
Jenis kedua, glaukoma sudut tertutup. Kondisi ini menyebabkan iris mata menonjol keluar, sehingga menyebabkan penyumbatan pada sudut antara iris dan kornea. Sehingga cairan mata tidak dapat terbuang ke drainase (tempat pembuangan cairan pada mata) dengan baik dan meningkatkan tekanan pada mata.
Parahnya, jenis ini terjadi secara mendadak dan sesaat (akut), atau berlangsung dalam jangka panjang (kronis). Biasanya ditandai dengan gejala-gejala sakit mata parah, mual, mata merah, dan penglihatan buram.
Klasifikasi glaukoma selanjutnya disebut dengan jenis neovaskular. Terjadi ketika mata memiliki pembuluh darah berlebih, kondisi tersebut bisa menutupi bagian mata yang seharusnya mengalirkan cairan mata ke drainase. Akibatnya, tekanan pada mata pun meningkat. Glaukoma neovaskular biasanya disebabkan oleh penyakit lain, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, sehingga masuk golongan glaukoma sekunder.
Sebagian penderita glaukoma justru mengalaminya sejak lahir. Bayi yang pengidap glaukoma sejak lahir dapat disebut mengidap glaukoma kongenital. Pada kasus glaukoma kongenital, tanda-tanda dan gejalanya bisa dikenali dengan kondisi ada bercak noda keruh di mata, lalu mata lebih sensitif terhadap cahaya dan mudah berair. Selain itu ukuran mata terlihat lebih besar dari ukuran normal.
Selanjutnya glaukoma pigmentasi, jenis ini terjadi ketika pigmen atau warna pada iris mata pecah dan lepas dari iris. Akibatnya pigmen yang terlepas dari iris bisa menutupi saluran cairan mata, sehingga tekanan pada mata pun menjadi tinggi. Faktor ini berpotensi dialami penderita mata rabun jauh.
Jenis selanjutnya glaukoma uveitis, sesuai namanya, biasa penyakit mata ini terjadi pada orang yang mengidap uveitis. Para ahli belum bisa memastikan bagaimana uveitis bisa menyebabkan glaukoma. Namun, didug timbulnya glaukoma akibat peradangan jaringan di bagian tengah mata. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat diperburuk akibat konsumsi obat kortikosteroid.
Terakhir, glaukoma tekanan normal. Penyakit mata ini tak melulu tekanan tinggi menyebabkan glaukoma, faktanya, mata dengan tekanan yang normal pun dapat mengalami masalah ini. Kondisi ini terjadi ketika saraf optik rusak meskipun tekanan pada mata masih dalam kisaran normal. Hingga kini belum diketahui secara pasti apa penyebab jenis glaukoma tekanan normal.
RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION