TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat suku Aztec, 500 tahun lalu telah mengolah organisme ganggang untuk bahan makanan yang kemudian hari kita kenal dengan nama Spirulina.
Spirulina merupakan organisme microalgae dari dua spesies ganggang cyanobacteria, yaitu Arthrospira platensis, dan Arthrospira maxima. Bahan olahan dari alga tersebut digadang-gadang sebagai makanan super atau Superfood karena kandungan nutrisi di dalamnya yang “super”, sehingga wajar lima abad yang lalu suku Aztec yang bermukim di sekitar Danau Texcoco memanfaatkan alga biru hijau ini jimat penangkal sakit.
Alga biru hijau sangat melimpah di Danau Texcoco kala itu, masyarakat suku Aztec kemudian memanennya untuk dijadikan bahan makanan berupa biskuit yang dibentuk lempengan yang mereka konsumsi sebagai camilan harian. Makanan ini mereka sebut dengan Tecuitlatl dan diyakini dapat menangkal berbagai macam penyakit sekaligus menyembuhkannya.
Namun ternyata penggunaan microalgae ini sebagai bahan makanan telah dilakukan oleh penduduk yang tinggal di sekitar Danau Texcoco, Meksiko, sekitar 5 abad yang lalu. Suku Aztec mengonsumsi Spirulina sebagai obat sekaligus untuk mencegah penyakit. Alga biru hijau tersebut mereka panen dari danau Texcoco dan dikeringkan menjadi tepung lalu dibuat lempengan seperti biskuit. Bahan makanan yang mereka sebut dengan Tecuitlatl inilah yang mereka konsumsi sebagai camilan harian yang mereka yakini dapat mencegah penyakit.
Sebelum diolah secara komersial, jejak penggunaan Spirulina juga ditemukan di sekitar Danau Chad, di negara Chad di Afrika. Pada 1940, ahli fisika asal Belgia, Pierre Dangeard menyebutkan Dihe yang dikonsumsi suku Kanembu terbuat dari alga biru hijau yang dipanen dari kolam-kolam kecil di sekitar danau Chad.
Dangeard memperoleh kesimpulan tersebut setelah meneliti sampel makanan tersebut dan mendapati komponen Dihe berasal dari bubuk kering alga Spirulina. Dihe sendiri merupakan bahan yang digunakan masyarakat suku Kanembu untuk membuat kaldu makanan dan dijual di pasar di daerah tersebut.
Kemudian selang waktu 1964 sampai 1965, ahli botani Jean Leonard juga menegaskan bahwa Dihe terbuat dari bahan yang terdiri dari spirulina. Selanjutnya Leonard mempelajari perkembangan ganggang di fasilitas produksi natrium hidroksida, studi sistematis dan rinci pertama tentang persyaratan pertumbuhan dan fisiologi Spirulina tersebut kemudian dilakukan sebagai dasar untuk membangun produksi skala besar pada tahun 1970-an.
Kini produk Spirulina telah tersebar di berbagai belahan dunia, dan kerap digunakan sebagai makanan tambahan serta sebagai makanan lengkap. Spirulina diproduksi dalam bentuk tablet, serbuk dan juga cairan. Spirulina sering kali disebut sebagai superfood lantaran memiliki nutrisi yang lengkap serta kandungan proteinnya yang tinggi.
Berkat kandungan nutrisi yang melimpah, Spirulina dipercaya dapat memberikan beragam manfaat bagi kesehatan, antara lain dapat meningkatkan sistem imun tubuh, menjaga jantung tetap sehat, hingga mampu meredakan gejala alergi.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca: Manfaat Superfood Spirulina Turunkan Kolesterol dan Tekanan Darah