TEMPO.CO, Jakarta - Rutinitas olahraga terhenti selama pandemi Covid-19. Banyak pusat kebugaran dan arena lain terpaksa ditutup untuk mencegah penyebaran virus corona. Pemerintah kemudian gencar melakukan vaksinasi Covid-19.
Adanya vaksin Covid-19 memberi sedikit harapan bagi banyak orang untuk kembali beraktivitas. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memulai kembali berolahraga untuk menghindari cedera dan mendapatkan hasil maksimal, seperti dilansir Healthline.
Jaga ekspektasi
Orang yang sudah lama beristirahat dari olahraga kemungkinan besar akan menyadari mereka mungkin tidak dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya mampu dilakukan. Christina Frederick, psikolog yang mengkhususkan diri pada motivasi berolahraga, mengatakan mereka tidak dapat melakukan pada tingkat yang sama seperti yang biasa dilakukan. Namun, beberapa orang mungkin sulit menerimanya.
Banyak orang, terutama yang sering berolahraga sebelum pandemi, mengira lebih mampu secara fisik. Penampilan fisik, kebugaran, dan identitas sebagai atlet atau orang yang bugar adalah bagian dari persepsi diri. Namun, seiring bertambahnya usia atau saat peristiwa jangka panjang yang signifikan terjadi dalam hidup seperti pandemi, kebugaran juga dapat terkena dampak negatif.
Ketika itu terjadi, ada disonansi kognitif antara identitas berbasis kebugaran dan realitas situasi. Reaksi umum yang mungkin dimiliki terhadap hal ini adalah frustrasi dan kecewa. Tetapi, perasaan ini tidak akan membantu jika Anda mencoba untuk kembali bugar.
"Orang yang marah atau frustrasi dapat menetapkan tujuan yang tidak realistis atau melompat ke rutinitas yang terlalu keras atau terlalu intens," kata Frederick, yang profesor psikologi dan faktor manusia di Universitas Aeronautika Embry-Riddle di Pantai Daytona, Florida. "Mereka berisiko kehilangan motivasi melalui pengalaman kegagalan atau cedera."
Dia mengatakan pilihan yang lebih sehat adalah melakukan pemeriksaan diri dan menilai kembali secara objektif siapa kita dan di mana berada. “Ini dapat mengarah pada penciptaan tujuan untuk membantu memotivasi untuk kembali ke jalur dan terlibat lagi dalam aktivitas kebugaran dan kesehatan sehingga identitas dan realitas diri kembali selaras,” kata Frederick.
Kembali berolahraga dengan aman
Melissa Leber, Direktur Kedokteran Olahraga Departemen Darurat di Mount Sinai, New York, mengatakan kunci untuk kembali berolahraga dengan aman setelah istirahat yang lama adalah mengambil langkah-langkah kecil dan sering mengubah rutinitas. Misalnya, untuk yang biasanya sering berlari sebelum istirahat panjang, Leber merekomendasikan untuk mencoba latihan interval atau jogging 2-3 kali seminggu bersama dengan latihan berdampak rendah seperti yoga atau pilates pada hari-hari lain dalam seminggu.
“Tubuh tidak merespons dengan baik untuk tindakan berulang yang sama dan olahraga yang sama terus menerus,” kata Leber.
Selain membangun ketahanan, latihan silang semacam ini juga akan membantu mencegah cedera. Latihan kekuatan juga merupakan bagian penting untuk kembali berolahraga dengan aman karena otot yang melemah dapat menyebabkan nyeri sendi.
"Semakin tua, semakin penting hal itu," kata Leber. Jika Anda akhirnya memaksakan diri terlalu keras dan terluka, beristirahatlah.
"Istirahatlah dari olahraga yang menyebabkan cedera dan minum obat anti-inflamasi seperti ibuprofen," ujar Leber.
Dia merekomendasikan memberi waktu sekitar satu minggu untuk melihat apakah cedera membaik. Selama waktu tersebut, Anda masih bisa melakukan jenis olahraga lain. Misalnya, jika lutut sakit karena berlari, coba berenang. Jika cederanya tidak kunjung reda dalam waktu seminggu, periksa ke dokter.
"Jika mengalami pembengkakan sendi atau tidak dapat menahan berat badan, segera temui dokter,” saran Leber.