Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jangan Anggap Enteng Kelainan pada Kuku, Bisa Jadi Penyakit Berbahaya

Reporter

image-gnews
Kuku rusak. shutterstock.com
Kuku rusak. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tonjolan di kuku jari yang biasanya tidak berbahaya dalam beberapa kasus dapat menandakan sesuatu yang lebih serius. Melansir dari Express, Dr. Ross Perry dari jaringan klinik kulit Cosmetics, mengatakan sedikit tonjolan adalah normal dan dapat berkembang selama proses penuaan.

Ketika pertumbuhan sel melambat dan berkurang seiring bertambahnya usia, hal ini mungkin tidak biasa dilihat. Faktor nutrisi seperti kekurangan vitamin A, atau jika tubuh kurang protein atau kalsium, maka mungkin muncul tonjolan. Kekurangan zat besi yang parah juga bisa membuat tonjolan dan perubahan lain pada kuku. Namun, dia mengingatkan jika tonjolan disertai perubahan warna, itu mungkin disebabkan kondisi medis dan Anda mungkin perlu mencari bantuan medis.

“Tonjolan yang dalam dan parah meskipun jarang bisa menjadi gejala dari kondisi medis yang lebih serius seperti penyakit ginjal dan memerlukan tes medis untuk menentukan penyebabnya. Diabetes juga bisa menjadi alasan kesehatan yang mendasari,” kata Perry.

Trauma pada kuku juga dapat menyebabkan cacat seperti tonjolan, jadi sarannya jangan pernah mencabuti kuku. Jika mengalami perubahan mendadak pada kuku, selalu disarankan untuk mencari pertolongan medis. Lalu, apa perbedaan antara tonjolan vertikal dan horisontal pada kuku?

Dr. Anita Takwale, konsultan dermatologi dan spesialis gangguan rambut dan kuku di Stratum Clinics, menjelaskan secara rinci tentang tonjolan vertikal. Dia menjelaskan Bubungan memanjang pada kuku jika terjadi pada ibu jari bisa disebabkan oleh trauma yang ditimbulkan pada lipatan kuku.

Penyebab lain yang terkait dengan perubahan kulit, baik di sepanjang pulpa jari atau bagian kulit lain, bisa menjadi sekunder akibat gangguan inflamasi seperti eksim atau psoriasis atau infeksi seperti paronisia yang dapat menghasilkan tonjolan melintang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bubungan horisontal pada kuku kadang-kadang disebut sebagai garis Beau. Kondisi ini dinamai oleh seorang dokter Prancis, Joseph Honore Simon Beau, yang pertama kali menggambarkannya pada 1846.

Mayo Clinic menjelaskan garis Beau adalah lekukan yang melintasi kuku. Lekukan dapat muncul ketika pertumbuhan di area di bawah kutikula terganggu oleh cedera atau penyakit parah. Kondisi yang terkait dengan garis Beau termasuk diabetes yang tidak terkontrol dan penyakit pembuluh darah perifer, serta yang berhubungan dengan demam tinggi, seperti demam berdarah, campak, gondok, dan pneumonia.

Garis Beau juga bisa menjadi tanda kekurangan seng. Garis putih paralel yang membentang sepanjang kuku bisa menjadi tanda rendahnya kadar protein dalam darah, menurut Roxane Bakker, ahli diet dan kepala nutrisi di www.vitl.com.

"Jika melihat ini, hubungi dokter sesegera mungkin dan pantau asupan protein," ungkapnya. “Bintik-bintik putih di kuku sebenarnya agak umum dan mungkin ada beberapa alasan mengapa muncul. Kebanyakan bintik-bintik putih pada kuku tidak berbahaya dan tidak perlu dikhawatirkan.”

Baca juga: Aneka Penyakit Ini Bisa Dikenali dari Kuku, Apa Saja?

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

6 jam lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

8 jam lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.


5 Kesalahan yang Perlu Diwaspadai Saat Memijat Bayi

13 jam lalu

Ilustrasi pijat bayi. massagemag.com
5 Kesalahan yang Perlu Diwaspadai Saat Memijat Bayi

Memijat bayi pun membutuhkan teknik dan cara tertentu. Salah memijat dapat berakibat fatal pada bayi.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

1 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

1 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

2 hari lalu

Bawang merah. ANTARA/Oky Lukmansyah
Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?


Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

4 hari lalu

Ilustrasi anak-anak di saat cuaca panas. shutterstock.com
Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

Jika orang kehilangan kontrol temperatur internal karena cuaca panas ekstrem, mereka mungkin akan mengalami berbagai masalah kesehatan.


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

5 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

5 hari lalu

Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox (Kemkes)
Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.