TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu permasalahan yang cukup serius dan masih perlu ditangani lebih lanjut di Indonesia bahkan dunia yaitu bullying. Bahkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI mencatat, sepanjang 2011 hingga 2019, untuk bullying baik di pendidikan maupun sosial media, angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat. Sedangkan untuk pengaduan kekerasan terhadap anak mencapai 37.381 kasus.
Bullying atau perundungan merupakan situasi di mana terjadi penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan seseorang maupun sekelompok orang. Sedangkan menurut organisasi dunia yang melindungi hak-hak anak, UNICEF, bullying dibagi menjadi tiga karakteristik yaitu, disengaja atau untuk menyakiti, terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan.
Aksi mendorong, merebut barang, mengolok atau mengejek orang lain bisa jadi terkesan biasa saja karena hal tersebut sering terjadi dan lazim, tanpa disadari praktek bullying telah terjadi. Walaupun setiap orang menerima perlakuan bullying yang berbeda—fisik dan psikologis—namun keduanya saling terkait.
Salah satu jenis bullying yang sering terjadi dan banyak terdapat banyak korban yaitu perundungan di sekolah atau school bullying. Menurut Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra, kasus bullying di dunia pendidikan sudah menumpuk.
“Data pengaduan anak kepada KPAI bagai fenomena gunung es. Sama seperti pernyataan Presiden pada ratas (9/1/2020) melalui Data SIMFONI PPA. Bahkan Januari sampai Februari kita terus setiap hari membaca berita dan menonton fenomena kekerasan anak. Tentunya ini sangat disadari dan menjadi keprihatinan bersama,” katanya.
Menurut Jasra, adapun hal yang memicu terjadinya kasus bullying yaitu, kontrol sosial masyarakat yang berubah menjadi lebih agresif dan cepat, sangat mudah ditiru oleh anak. Selain itu, sikap represif yang berulang-ulang. Oleh sebab itu, hal ini sangat mengganggu perilaku yang dialami anak.
Jasra mengatakan, “Meski secara fisik dan daya belajar anak baik bahkan memiliki prestasi. Namun ketika menghadapi realitas, anak-anak tidak siap. Sehingga terjadi gejolak yang menyebabkan pelemahan mental yang dapat bereaksi agresif seperti bullying. Umumnya bullying adalah perbuatan berulang-ulang yang dilakukan anak.”
Bagi orang tua yang ingin mencegah atau mengatasi masalah bullying yang terjadi pada anak dapat melakukan berbagai tindakan seperti, mengajari anak tentang bullying, komunikasi terbuka kepada anak, dan mendengarkan keluhan anak secara terbuka dan tenang.
GERIN RIO PRANATA
Baca: Selain Tidak Percaya Diri ini Sebab Orang Lakukan Bullying