TEMPO.CO, Jakarta - Berita duka kembali datang dari dunia olahraga Tanah Air. Mantan pebulutangkis dan peraih emas Olimpiade Beijing 2008, Markis Kido, meninggal dunia karena serangan jantung saat sedang bermain bulutangkis di Tangerang, Senin, 14 Juni 2021.
Kabar meninggalnya pemain ganda putra itu pertama kali diunggah oleh Yuni Kartika, yang juga mantan pebulutangkis nasional, melalui cuitan Twitternya. Penyebab meninggalnya Markis Kido dibahas oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Furqon Satria yang berpraktik di RS Soetarto Yogyakarta di akun Twitter @fsapradana pada hari yang sama.
Baca Juga:
Menurutnya, henti jantung (cardiac arrest) adalah kondisi kelistrikan jantung malfungsi sehingga pompa jantung berhenti. Hanya sekitar 10 persen pasien henti jantung di luar rumah sakit yang selamat. Penyebab henti jantung paling banyak adalah serangan jantung, sekitar 70 persen.
Henti jantung mendadak dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen hingga kematian. Oleh karena itu, kondisi ini perlu ditangani secepatnya. Pertolongan segera berupa cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP), dan kejut jantung dapat membantu mencegah akibat tersebut.
“Setiap menit berlalu tanpa defibrilasi/cpr, survival menurun 7-10 pesen,” tulis Furqon.
Berbeda dengan serangan jantung yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah, henti jantung mendadak disebabkan oleh gangguan irama jantung, tepatnya penyakit ventrikel fibrilasi. Ventrikel fibrilasi adalah gangguan irama jantung yang membuat ventrikel jantung hanya bergetar saja, bukan berdenyut untuk memompa darah, sehingga menyebabkan jantung berhenti secara mendadak.
Henti jantung mendadak lebih berisiko terjadi pada orang-orang yang sudah memiliki penyakit jantung sebelumnya, seperti penyakit jantung koroner, penyakit otot jantung (kardiomiopati), gangguan katup jantung, penyakit jantung bawaan, Sindrom Marfan. Selain menderita penyakit jantung, orang akan lebih berisiko terkena henti jantung mendadak jika:
-Berusia di atas 45 tahun (pria) atau di atas 55 tahun (wanita).
-Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung.
-Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak.
-Memiliki kebiasaan merokok.
-Menyalahgunakan NAPZA seperti kokain atau amfetamin.
-Obesitas
-Kadar kolestrol ya tinggi.
- Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi).
-Diabetes
-Mengalami sleep apnea.
-Menderita gagal ginjal kronis.
Seseorang yang mengalami henti jantung mendadak akan hilang kesadaran dan berhenti bernapas. Meskipun tidak selalu, beberapa hari hingga beberapa minggu sebelum terjadi henti jantung mendadak, dapat muncul gejala berupa pusing, muntah, merasa cepat lelah, nyeri dada, jantung berdebar, sesak napas.
Baca juga: Serangan Jantung Berbeda dengan Henti Jantung, Ini Penjelasannya