TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan JAMA Psychiatry, jurnal penilaian sejawat internasional untuk para pakar psikiatri, mengungkapkan orang yang bangun tidur lebih awal memiliki risiko depresi lebih rendah.
Mengutip Channel News Asia, Selasa, 6 Juli 2021, dalam penelitian ini para ilmuwan menggunakan dua database genetik lebih dari 800 ribu orang dewasa serta memakai metode penelitian pengacakan Mendelian. Model ini membantu peneliti dalam menentukan penyebab dari apa yang mungkin menjadi hubungan sebab-akibat.
Para peneliti mencoba mencari tahu hubungan antara ritme sirkadian atau ritme jam biologis manusia dan risiko depresi. Mereka tidak hanya memiliki data genetik, tetapi juga data tentang diagnosis depresi berat dan informasi tentang kapan orang pergi tidur dan bangun.
Hasilnya orang yang secara genetik cenderung bisa tidur dan bangun lebih awal memiliki risiko depresi berat 23 persen lebih rendah ketimbang mereka yang bangun lebih siang.
Till Roenneberg, seorang ahli Kronobiologi yang tidak terlibat dalam penelitian itu, mengatakan kekurangan dari riset ini ini adalah para ilmuwan tidak memiliki data kapan orang-orang ini harus bangun untuk bekerja atau kewajiban lainnya. Namun ia menyatakan peneliti yang terlibat telah menarik kesimpulan yang tepat. “Tetapi hidup lebih rumit dari itu,” katanya.
Sementara itu, Iyas Daghlas, seorang dokter residen di University of California, San Francisco mengatakan meskipun penelitian ini bersifat observasional, tapi orang yang bangun lebih awal dengan memajukan waktu tidur sekitar satu jam atau lebih memang memiliki kesehatan mental yang baik.
WINDA OKTAVIA
Baca juga: