TEMPO.CO, Jakarta - Nasi Tumpeng merupakan nasi kuning berbentuk kerucut yang memiliki filosofi atau yang mengambil deskripsi dari geografi tanah air yang banyak diitari oleh pegunungan.
Dilansir dari Tempo.co, nasi tumpeng dulunya merupakan sajian sakral yang digunakan oleh masyarakat untuk memuliakan permukaan bumi yang menjulang tinggi dibandingkan dengan dataran sekitarnya.
Tumpeng, yang merupakan singkatan dari yen metu kudu sing mempeng, memiliki makna jika hidup harus dengan kesungguhan. Nasi tumpeng yang berasal dari tradisi purba, memiliki arti dan makna di setiap bagian dan bentuk dari penyajiannya.
Makna-makna tersebut seperti bentuk nasi tumpeng yang kerucut memiliki makna keagungan Tuhan. Sedangkan sayur-sayuran digambarkan sebagai alam tumbuhan. Adapun lauk pauk seperti, ikan, daging sapi, kambing mengisyaratkan kondisi alam hewan.
Selain itu ikan asin diartikan sebagai gotong royong, telur rebus digambarkan sebagai tekat yang bulat, sedangkan kehidupan manusia digambarkan langsung dengan nasi itu sendiri. Pada warna nasinya, tumpeng memiliki makna yang juga berbeda.
Jika nasi tumpeng berwarna putih, maka hal tersebut melambangkan kesucian. Sedangkan kuning memiliki arti kekayaan dan moral yang luhur. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya setiap penyajian bahkan bentuk tumpeng memiliki makna dan sampai pada cara memotong tumpengnya pun menyimpan arti.
Memotong tumpeng harus dimulai dari puncaknya. Puncaknya haruslah dipotong oleh orang dihormati atau orang yang dituakan. Baru setelahnya dilanjutkan oleh orang-orang yang memiliki hajatan.
Meskipun tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam di pulau Jawa, namun pada perkembangannya nasi tumpeng dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa.
Tumpeng adalah bagian terpenting dalam perayaan kenduri tradisional. Perayaan tersebut pun merupakan wujud dari rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya.
ASMA AMIRAH
Baca juga: Makna Filosofi Tumpeng, Beda Arti Nasi Putih dan Nasi Kuning