TEMPO.CO, Jakarta - Ghosting adalah istilah yang menggambarkan pemutusan kontak secara tiba-tiba oleh seorang individu tanpa alasan yang jelas. Istilah ini seringkali dipakai di media sosial, utamanya oleh kalangan anak muda.
Ghosting bisa saja terjadi dalam hubungan pertemanan hingga lingkungan kerja. Akan tetapi, ghosting paling lebih banyak dikaitkan dengan hubungan percintaan.
Ketika sebuah hubungan sudah dilandasi kasih sayang, perilaku ghosting bisa menimbulkan dampak psikologis bagi korbannya. Tak jarang, korban ghosting merasakan perasaan campur aduk mulai dari bingung, marah, hingga menjadi depresi.
Sebetulnya mengapa orang terkasih bisa tega melakukan ghosting?
Menurut psikolog Susan Albers-Bowling, perilaku ghosting dapat menunjukkan bagaimana seorang individu menangani konflik dan memperlakukan orang lain dalam jangka panjang. Perilaku tersebut dapat tercipta karena pengaruh dari lingkungan keluarga.
“Pelaku ghosting seringkali tumbuh dalam keluarga di mana konflik dan pertengkaran adalah hal yang tabu. Kemungkinan besar mereka tidak memiliki panutan untuk menunjukkan bagaimana caranya berkomunikasi tentang masalah emosional,”kata Albers seperti dikutip Tempo dari laman Cleveland Clinic, Jumat, 16 Juli 2021.
Albers juga menyebutkan hubungan perilaku ghosting dengan tipe kepribadian dalam studi psikologi. Individu yang paling mungkin melakukan ghosting adalah individu dengan tipe kepribadian avoidant dan anxious.
Individu dengan tipe kepribadian avoidant cenderung takut untuk mempercayai dan menjalin keterikatan dengan orang lain. Sementara individu dengan tipe kepribadian anxious cenderung mengungkapkan perasaannya terlalu cepat.
“Pada dasarnya individu-individu dengan tipe kepribadian anxious ingin dekat dengan orang lain, tetapi rasa insecure mereka tentang hubungan membuat mereka kesulitan untuk bertahan. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian avoidant terkadang merasa lebih aman atau lebih mudah untuk menyendiri,” katanya.
Seseorang melakukan ghosting untuk menghindari konflik. Bagi mereka, memutus kontak adalah sikap yang lebih tepat daripada harus menghadapi permasalahan secara langsung. Mereka juga meyakini jika permasalahan dapat terselesaikan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
SITI NUR RAHMAWATI
Baca juga:
Dapat Julukan Queen of Ghosting, Apa Sebenarnya Tugas Puan Maharani di DPR?