TEMPO.CO, Jakarta - Vaksinasi menjadi salah satu cara untuk mengatasi penyebaran Covid-19 di Indonesia. Umumnya, vaksin Covid-19 diberikan dua kali.
Dilansir dari laman Satgas Covid-19, vaksin pertama berfungsi untuk memicu respons kekebalan awal, sedangkan vaksin kedua bertujuan untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk sebelumnya. Antibodi baru dapat terbentuk secara optimal pada 14 hingga 28 hari setelah vaksin kedua.
Lalu, apakah vaksin pertama dan kedua boleh berbeda jenis? Negara seperti Spanyol dan Jerman sebenarnya sudah menerapkan penggunaan jenis vaksin yang berbeda pada vaksinasi pertama dan kedua.
Dilansir dari laman BBC, negara-negara tersebut menggunakan vaksin berbasis mRNA, yaitu Pfizer atau Moderna sebagai dosis kedua kepada orang yang lebih muda.
Penelitian yang dilakukan Com-Cov juga membuktikan bahwa vaksin AstraZeneca yang diikuti Pfizer akan menghasilkan Sel T (untuk memblokir dan membunuh Covid) yang lebih tinggi daripada kombinasi Pfizer sebagai vaksin pertama, dan AstraZeneca sebagai vaksin kedua.
Baca Juga:
Penelitian itu juga menemukan bahwa campuran AstraZeneca dan Pfizer menginduksi antibodi yang lebih tinggi ketimbang dua dosis AstraZeneca. Kemudian dua dosis Pfizer memberikan respons antibodi tertinggi.
Meski menggunakan jenis vaksin yang berbeda diperbolehkan, namun perlu dicatat bahwa mencampur vaksin dapat menyebabkan lebih banyak efek samping jangka pendek, seperti sakit kepala, nyeri otot, dan kedinginan.
AMELIA RAHIMA SARI