TEMPO.CO, Jakarta - Setiap hubungan pasti menghadapi fluktuasi. Namun, bagi pasangan yang terikat dalam hubungan tidak sehat atau toxic relationship, naik dan turunnya hubungan dirasa sangat tidak nyaman dan menguras.
Pakar komunikasi dan psikolog berasal dari California, Dokter Lillian Glass, mendefinisikan toxic relationship dalam bukunya yang dirilis pada 1995 berjudul “Toxic People” sebagai hubungan antara dua orang yang tidak mendukung satu sama lain. Hubungan ini mengandung konflik yang membuat salah satunya ingin menyalahkan lainnya, mengandung kompetisi tidak sehat, dan mengandung sikap tidak hormat yang menyebabkan kurangnya kepaduan.
"Toxic relationship bersifat merusak, baik secara mental, emosi, hingga kemungkinan fisik," ucap dokter keluarga yang berbasis di California, Kristen Fuller, dikutip dari laman Time, Sabtu, 24 Juli 2021. Hubungan yang tidak sehat dapat terjadi bukan hanya terhadap pasangan dalam hubungan romantis, melainkan juga hubungan lain. Hubungan keluarga, persahabatan, hingga hubungan profesional juga dapat menjadi tidak sehat.
Seseorang yang melakukan atau mengatakan sesuatu yang menyinggung pasangannya dapat melakukannya secara sengaja maupun tidak. Ada kemungkinan bahwa pasangannya melalui trauma masa kecil, pernah terikat hubungan yang sama tidak sehatnya, atau mengalami gangguan kesehatan yang belum terdiagnosis seperti depresi, kecemasan, bipolar, dan lain sebagainya.
Tanda-tanda seseorang berada di hubungan yang tidak sehat adalah terjadinya kekerasan. Meskipun demikian, di banyak kasus, indikatornya jauh lebih tak kentara. Ketidakbahagiaan adalah indikator yang paling mudah dijumpai. Jika sebuah hubungan berhenti memberikan kebahagiaan bagi seseorang dan justru membuat seseorang merasa sedih, marah, dan cemas, hubungan tersebut kemungkinan sudah tidak sehat.
Menurut Fuller, perubahan negatif yang terjadi pada kesehatan mental dan harga diri seseorang juga merupakan tanda. Perubahan yang terjadi dapat berupa kondisi seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, hingga ketidaknyamanan berada di sekitar pasangan. Perubahan seperti ini harus disadari sebelum seseorang merasa terbiasa dengan keadaan yang merugikan diri mereka sendiri.
Ketika seseorang terjebak dalam hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship, maka harus ada tindakan lanjutan. Jika hubungan sudah dirasa membahayakan fisik dan nyawa, seseorang harus menghubungi pihak berwenang. Jika toxic relationship mempengaruhi kejiwaan, perawatan medis atau kejiwaan dapat menjadi pilihan. "Menyelesaikan masalah memang penting, tetapi terkadang jawabannya adalah keluar dari masalah tersebut," kata Glass.
DINA OKTAFERIA
Baca: 4 Tanda Kecil Anda Berada dalam Toxic Relationship