TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi termasuk bencana non-alam yang memberikan dampak pada kondisi kesehatan mental dan psikososial setiap orang. Kementerian Kesehatan menerbitkan pedoman untuk menjaga kesehatan mental selama pagebluk.
Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial selama Pandemi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan ini memuat cara bagaimana kita dapat meningkatkan kondisi kesehatan mental. Berikut detailnya:
- Emosi positif
Merasa gembira dan melakukan kegiatan yang disukai atau hobi, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman. - Berpikir positif
Hindari informasi yang menyesatkan dan hoax. Kenanglah pengalaman yang menyenangkan, bicara dengan diri sendiri tentang apa saja yang positif atau positive self-talk, cari solusi atas terhadap kejadian, dan yakinlah pandemi akan segera teratasi. - Hubungan sosial yang positif
Jangan pelit memuji, beri harapan kepada sesama, saling mengingatkan dengan cara yang positif, meningkatkan ikatan emosi dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi yang negatif, dan saling memberi kabar dengan keluarga yang berjauhan, rekan kerja, dan teman. - Beribadah
Tetap beribadah di rumah atau lewat daring.
Baca Juga:
Masalah kesehatan mental dan psikososial dapat berupa ketakutan, kecemasan, dan panik terhadap kejadian. Orang semakin enggan bertemu dengan orang lain dan muncul rasa curiga yang dapat menular. Perasaan ini membuat tubuh merespons untuk berlindung demi keamanan.
Gejala awal gangguan mental yang terjadi antara lain khawatir, gelisah, panik, takut mati, takut kehilangan kontrol, takut tertular, dan mudah tersinggung. Jantung akan berdebar lebih kencang, napas terasa sesak, napas pendek, napas berat, mual, kembung, diare, sakit kepala, pusing, kulit terasa gatal, kesemutan, otot-otot tegang, dan sulit tidur yang berlangsung selama dua minggu atau lebih.
Ilustrasi stres/bingung. Shutterstock.com
Berikut cara menghadapi situsi kecemasan tadi seperti dikutip dari Buku Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Kementerian Kesehatan:
- Sikap Reaktif
Sikap mental yang ditandai dengan reaksi yang cepat, tegang, agresif terhadap keadaan yang terjadi, mengakibatkan kecemasan dan kepanikan. Contoh perilakunya adalah memborong bahan makanan, memborong masker, handsanitizer, vitamin, dan lainnya. Sikap reaktif ini dapat dikendalikan dengan cara mencari informasi yang benar dan mempertimbangkan situasi sebelum mengambil keputusan. - Sikap Responsif
Sikap mental yang ditandai dengan ketenangan, terukur, mencari tahu apa yang harus dilakukan, dan memberikan respons yang tepat dan wajar. Sikap responsif dapat dikembangkan agar tidak terjadi masalah kesehatan jiwa dan psikososial.
NAUFAL RIDHWAN ALY
#CuciTangan #JagaJarak #PakaiMasker #DiamdiRumah
Baca juga:
Cara Membedakan Masalah Kesehatan Jiwa yang Termasuk Disabilitas dan Bukan