Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Vaksinasi COVID-19 Dosis Kedua Terlambat, Ini Efeknya Menurut Pakar

Reporter

image-gnews
Petugas medis menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis pertama kepada ibu hamil di Gedung Wira Purusa LVRI DKI Jakarta, Kamis, 12 Agustus 2021. Vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil sudah berjalan mulai bulan ini di Indonesia. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Petugas medis menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis pertama kepada ibu hamil di Gedung Wira Purusa LVRI DKI Jakarta, Kamis, 12 Agustus 2021. Vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil sudah berjalan mulai bulan ini di Indonesia. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Vaksinasi menjadi upaya tambahan untuk melindungi Anda dan orang-orang di sekitar dari potensi penularan COVID-19. Ada beragam alasan yang membuat orang terlambat vaksinasi COVID-19 dosis kedua, seperti terpapar COVID-19 dan belum tersedianya vaksin. Bila begini, apakah vaksin masih efektif pada yang terlambat?

Kementerian Kesehatan sudah menyatakan keterlambatan penyuntikan vaksin dosis kedua selama masih dalam interval yang direkomendasikan para ahli masih aman dan tidak akan mengurangi efektivitas vaksin pertama sehingga antibodi masih dapat terbentuk dengan optimal melawan virus corona. Untuk vaksin Sinovac, jarak penyuntikan pertama dan kedua 28 hari, sementara vaksin AstraZeneca 2-3 bulan.

Bagaimana bila melewati interval? Khusus untuk Sinovac, praktisi kesehatan sekaligus dokter relawan COVID-19 dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Muhamad Fajri Adda'i, mengatakan saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan berapa lama waktu vaksin memberikan efektivitas yang optimal bila dosis keduanya diberikan terlambat. Walau begitu, kemungkinan perlu waktu lebih lama bagi vaksin agar efektivitas tetap ada.

Di sisi lain, penelitian juga belum tersedia mengenai kadar antibodi yang terbentuk apakah lebih baik atau justru buruk pada yang terlambat disuntik dosis kedua.

"Pada prinsipnya, vaksin Sinovac diberikan jaraknya 0-14 hari atau 28 hari pada penelitiannya. Jadi, kalau diberikan lebih dari itu, kita tidak tahu apakah lebih bagus atau lebih jelek pembentukan kadar antibodi yang dihasilkan," katanya.

Inilah alasan sebaiknya tak terlambat mendapatkan dosis kedua vaksin. Kalaupun harus melewati interval, misalnya tiga bulan sejak dosis pertama untuk Sinovac, maka segeralah mendapatkan suntikan kedua.

Fajri mengatakan, "Masih tetap lebih baik disuntikkan dalam rentang 3 bulan dibandingkan hanya dapat satu dosis saja atau tidak disuntikkan sama sekali untuk dosis kedua. Tetapi lebih bagus taat waktunya, 28 hari".

Dari sisi efektivitas, data dari Kementerian Kesehatan pada 128.290 tenaga kesehatan di DKI Jakarta pada 13 Januari-18 Maret 2021 memperlihatkan dua dosis vaksin Sinovac dengan interval 2-4 minggu antara dosis pertama dan kedua efektif mencegah 94 persen COVID-19 bergejala pada hari ke-7,14, 21, 28, hingga 63 hari setelah dosis kedua. Pemberian vaksin yang dikembangkan China National Pharmaceutical Group itu juga efektif mencegah 96 persen perawatan akibat COVID-19 pada rentang hari yang sama usai dosis kedua diberikan. Sementara untuk mencegah kematian karena COVID-19, vaksin ini diketahui efektif 98 persen setelah dosis kedua.

Sementara itu, saat dihubungi dalam kesempatan berbeda, ahli patologis klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, dr. Tonang Ari Dwi Ardyanto, Sp.PK., PhD, berpendapat semakin terlambat disuntik vaksin dosis kedua, maka perlu waktu yang lebih lama bagi vaksin memberikan efektivitas optimal.

"Semakin lama mundurnya maka perlu waktu lebih lama lagi untuk memberikan efektivitas yang optimal. Maka, sebaiknya kalaupun tidak benar-benar tepat sesuai jadwal harus secepatnya diberikan," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk vaksin Oxford-AstraZeneca, sebuah studi Universitas Oxford di Inggris menyatakan vaksin masih tetap efektif bahkan bila terlambat hingga 45 minggu. Para peneliti menemukan penundaan yang lama berpeluang menghasilkan lebih banyak antibodi terhadap virus penyebab COVID-19 dan respons imun seluler. Mereka mengatakan tingkat antibodi tetap meningkat hingga 1 tahun bahkan setelah dosis tunggal.

"Tetapi, kami tidak benar-benar tahu saat ini dengan satu dosis berapa lama bisa aman dengan tingkat perlindungan yang masih baik. Tapi yang pasti, itu lebih dari tiga bulan," tutur peneliti Prof. Sir. Andrew Pollard, seperti dikutip dari Medical News Today.

Untuk vaksin berbasis messenger RNA (RNA) seperti Pfizer-BioNTech, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), tak akan ada masalah selama mendapatkan dosis kedua dalam waktu 42 hari sejak dosis pertama. Tetapi bila sudah lebih dari 42 hari, misalnya 43 atau 45 hari mungkin tidak terlalu jauh berbeda dalam hal respons imun.

Idealnya, Anda harus menjadwalkan dosis Pfizer kedua pada tiga minggu setelah suntikan pertama. Tetapi, para ahli mengatakan bahkan jika terlambat lebih dari enam minggu maka Anda masih bisa mendapatkan vaksin dosis kedua.

Data menunjukkan bagian lain dari sistem kekebalan seseorang yakni sel B memori dan sel T bertahan cukup lama untuk memasang respons antibodi, bahkan jika suntikan kedua terlambat dari yang biasanya disarankan, ungkap profesor kedokteran dari Universitas Alabama di Birmingham, Amerika Serikat, sekaligus Direktur Alabama Vaccine Research Center, Dr. Paul Goepfert, seperti dikutip dari ABC News.

Bicara mengenai perlindungan, pakar penyakit menular di NYU Langone Health sekaligus peneliti vaksin, Dr. Adam Ratner mengatakan belum ada penelitian yang secara khusus mengukur seberapa besar perlindungan yang diberikan vaksin dosis kedua bila lebih dari 42 hari. Hal senada diungkapkan profesor kesehatan di Sekolah Kedokteran John Hopkins, Dr. Anna Durbin. Dia mengatakan bila dosis kedua vaksin baru didapatkan 8-12 minggu setelah dosis pertama, maka masih ada manfaatnya.

Sementara itu, peneliti Thomas C. Kingsley dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, mengatakan keterlambatan mendapatkan vaksin dosis kedua masih bisa mencegah antara 26-47 kematian per 100.000 orang dibandingkan bila tak ada penundaan. Vaksin Pfizer tercatat mencegah keparahan dalam 28 hari atau lebih usai vaksinasi sekitar 95 persen dan kematian atau masuk IGD akibat COVID-19 sebesar 99 persen.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Dosis Kedua Terlambat, Bahayakah?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

2 hari lalu

Gambar mikroskop elektron pemindaian ini menunjukkan SARS-CoV-2 (obyek bulat biru), juga dikenal sebagai novel coronavirus, virus yang menyebabkan Covid-19, muncul dari permukaan sel yang dikultur di laboratorium yang diisolasi dari pasien di AS. [NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]
Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

6 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

6 hari lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

12 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.


Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

13 hari lalu

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi didampingi Dirjen Perhubungan Darat Hendro Sugiatno(kanan) dan Dirjen Perkeretaapian Mohamad Risal Wasal (kiri) menyampaikan keterangan pers usai rapat koordinasi di Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV, Badung, Bali, Minggu, 31 Desember 2023. Kementerian Perhubungan bersama berbagai pihak terkait melakukan evaluasi usai kemacetan parah pada Jumat malam (29/12) serta menyiapkan sejumlah rencana dan skema untuk mengantisipasi kemacetan khususnya selama masa libur tahun baru di jalan akses sekitar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.


Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

16 hari lalu

Sejumlah calon penumpang pesawat antre untuk lapor diri di Terminal 3 Bandara Sekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu 19 April 2023. PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno Hatta memprediksi puncak arus mudik lewat bandara Soetta terjadi mulai H-3 atau Rabu (19/4) dengan pergerakan pesawat yang terjadwal mencapai 1.138 penerbangan dengan total penumpang 164.575 hingga H-1 atau Jumat (21/4). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.


Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

17 hari lalu

Aktivitas pekerja di pabrik obat PT Indofarma (persero) Cibitung, Bekasi, Selasa (10/04). PT Indofarma akan melakukan investasi sebesar Rp 100 milliar untuk mengembangkan produksi generik dan herbal dan memenuhi kebutuhan bahan baku yang saat ini 90% masih Impor. TEMPO/Dasril Roszandi
Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual


Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

19 hari lalu

Sejumlah pemudik menunggu jadwal keberangkatan kereta dari Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Jumat, 5 April 2024. Sebanyak 17.994 orang meninggalkan Kota Jakarta melalui Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, untuk mudik ke kampung halaman ke berbagai daerah pada H-5 Lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

Jumlah kasus flu Singapura bisa bertambah lagi seiring momentum Idul Fitri dan mudik Lebaran yang membuat intensitas pertemuan di masyarakat meninggi.


Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

19 hari lalu

Flu Singapura.
Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.


Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

22 hari lalu

Ilustrasi virus flu. freepik.com
Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.