TEMPO.CO, Jakarta - Tidur merupakan mekanisme tubuh untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran sehingga saat bagun Anda dapat berenergi kembali. Menurut laman p2ptm.kemenkes.go.id, saat terlelap, otak membersihkan racun tidak berguna yang terbentuk setelah aktivitas Anda seharian penuh. Lalu, bagaimana jika tidur Anda terganggu bahkan dapat mengakibatkan masalah kesehatan?
Salah satu gangguan tidur yang dapat terjadi adalah sleep apnea. Sleep apnea terjadi ketika sistem pernapasan seseorang terinterupsi selama dia tidur. Interupsi ini dapat terjadi berkali-kali selama dia tidur, bahkan sampai ratusan kali.
Jika tidak ditangani, sleep apnea dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi, diabetes, dan permasalahan pada jantung, seperti stroke, gagal jantung, dan serangan jantung. Gangguan ini dapat menyerang siapa pun, terutama pria dewasa yang mengalami obesitas.
Sleep apnea terbagi menjadi dua, yaitu:
- Obstructive sleep apnea adalah jenis sleep apnea yang paling umum. Sleep apnea jenis ini terjadi secara berulang-ulang dan mengakibatkan tersumbatnya sepenuhnya atau sebagian saluran pernafasan atas. Ketika hal ini terjadi, diafragma dan otot dada bekerja lebih keras karena tekanan untuk membuka saluran pernafasan bertambah.
- Central sleep apnea terjadi jika otak gagal mengirimkan sinyal kepada otot untuk bernafas karena ketidakstabilan pusat kendali pernafasan. Dalam kasus ini, saluran pernafasan tidak tersumbat. Central apnea berhubungan dengan fungsi sistem saraf pusat.
Menurut laman Cleveland Clinic, gangguan ini diderita oleh 25 persen pria dan 10 persen wanita. Sleep apnea dapat terjadi pada semua orang dengan segala usia, termasuk anak-anak dan bayi. Terutama, orang-orang di atas 50 tahun dan menderita obesitas. "Lemak pada bagian leher dan kelainan struktural dapat mengurangi diameter saluran pernafasan atas," tulis tim medis Cleveland Clinic, dikutip Tempo dari laman Cleveland Clinic, Selasa, 3 Maret 2020.
Sleep apnea ditandai dengan gejala seperti mendengkur, kantuk saat siang hari, kelelahan meski saat tertidur, hingga terbangun dengan tiba-tiba akibat tersedak atau kesulitan bernafas. orang-orang yang menderita central sleep apnea melaporkan insomnia sebagai salah satu gejalanya.
Gangguan ini dapat diatasi dengan terapi, seperti diet untuk mengurangi berat badan, pemberian obat tidur, hingga penggunaan semprotan hidung untuk mempermudah pernafasan. Perawatan dengan bantuan mesin juga dapat diaplikasikan, yaitu terapi Positive Airway Pressure (PAP). Prosedur pembedahan mungkin dilakukan, terutama untuk orang-orang dengan jaringan yang cacat atau menghalangi aliran udara melalui hidung atau tenggorokan.
DINA OKTAFERIA