TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit Covid-19 memunculkan sejumlah PR bagi kalangan medis, dokter dan ilmuwan. Selain soal virus yang terus bermutasi, juga tentang kemunculan badai sitokin pada pasien Covid-19. Mengapa badai sitokin muncul pada pasien Covid-19?
Badai sitokin merupakan salah satu gejala yang bisa membuat kondisi pasien Covid-19 kian memburuk. Deddy Corbuzier salah satu yang diserang badai sitokin kala terinfeksi virus Covid-19.
Lalu apa itu sitokin? Sitokin adalah protein inflamasi imun yang memiliki fungsi menangkal infeksi dan menjinakkan sel kanker. Jika tubuh melepas terlalu banyak sitokin, maka akan terjadi badai sitokin yang dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan, bahkan mengancam nyawa.
Belakangan ini, ilmuwan menyebutkan COVID-19 dapat menjadi salah satu pemicu badai sitokin. COVID-19 menyebabkan beberapa komplikasi pada tubuh, sedangkan badai ini memberikan dampak kurang menguntungkan terhadap perkembangan infeksi.
Badai sitokin dapat menimbulkan gejala parah, seperti demam yang tak kunjung sembuh, nyeri otot dan persendian, hipotensi, kebocoran kapiler, kegagalan multiorgan, hingga kematian jika tidak ditangani dengan benar.
“Efek dan penyebab badai sitokin sangat bervariasi, tergantung pada kondisi yang dialami pasien,” tulis Lan Yang, Xueru Xie, Zikun Tu, Jinrong Fu, Damo Xu, dan Yufeng Zhou dalam artikel ilmiahnya berjudul “The signal pathways and treatment of cytokine storm in COVID-19”, dikutip Tempo dari laman Nature, Rabu, 7 Juli 2021.
Sejauh ini, diagnosis yang tepat dan pedoman pengobatan badai sitokin pada setiap kondisi masih belum cukup. Peran patogen, efek, dan faktor lain pada badai sitokin terkait COVID-19 sangat penting untuk dipahami supaya tim medis dapat memberikan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Menurut artikel berjudul “Controlling Cytokine Storm Is Vital in COVID-19” yang ditulis oleh Lu tang, Zhinan Yin, Yu Hu, dan Heng Mei, obat antivirus guna menghambat transmisi virus dan menghancurkan replikasi virus dianggap dapat mengurangi kerusakan sel yang disebabkan oleh COVID-19.
Bersamaan dengan terapi imunoregulator, diharapkan obat antivirus dengan kombinasi yang tepat dapat menghambat respon inflamasi hiperaktif. Banyak uji klinis yang telah dilakukan untuk menyelidiki potensi pengendalian badai sitokin pada pasien COVID-19, termasuk terapi imunomodulator.
Obat yang pada umumnya dipakai untuk mengobati penyakit ini adalah kortikosteroid, siklosporin, dan etoposida yang menargetkan sel T yang tidak teratur. Blokade sitokin juga terbukti telah berhasil dalam mengobati berbagai jenis Hemofagositik limfohistiositosis (HLH) meskipun bukan pilihan terapi utama.
Menurut artikel yang berjudul “Immunopathogenesis and treatment of cytokine storm in COVID-19” yang ditulis oleh Jae Seok Kim, Jun Young Lee, dan kawan-kawan mengungkapkan pertukaran plasma terapeutik adalah alternatif paling realistis untuk mengobati badai sitokin berkaitan dengan COVID-19. Terapi ini dipercaya memiliki manfaat klinis bagi penderita COVID-19 yang parah. Artikel ini merekomendasikan pertukaran plasma terapeutik dengan plasma konvalesen.
DINA OKTAFERIA
Baca juga: Ini Pemicu Terjadinya Badai Sitokin yang Memperburuk Kondisi Pasien Covid-19