TEMPO.CO, Jakarta - Banyak faktor penyebab stroke, seperti usia, genetik, penyakit seperti kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, obesitas, serta gaya hidup tak sehat, mencakup penuh stres, malas berolahraga, dan pola makan buruk. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 memperlihatkan stroke dialami tujuh per 1.000 orang dan angka ini naik menjadi 10,9 pada tahun 2018.
Ada tiga gejala stroke yang paling sering dialami pasien. Hal itu bisa terjadi secara mendadak. Ketiga gejala itu adalah tidak simetrisnya wajah, menurunnya kekuatan salah satu anggota gerak tubuh, dan terganggunya bicara.
"Gejala paling banyak yang dialami pasien stroke tidak simetrisnya wajah, menurunnya kekuatan dari salah satu anggota gerak, bicara terganggu," ujar dosen klinis senior di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, dr. Mursyid Bustami, Sp.S (K).
Selain ketiga gejala ini, ada juga pasien yang merasa sakit kepala tidak biasa, sangat hebat, diikuti penurunan kesadaran, pusing, dan gangguan perilaku. Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) itu mengatakan bila gejala-gejala ini muncul maka pasien perlu segera mendapatkan penanganan tenaga medis. Dia hanya memiliki waktu maksimal 4,5 jam sebelum kematian sel saraf terjadi atau hal-hal buruk lain, termasuk kematian.
"Kalau ada gejala, terjadi mendadak atau akut, yang harus dilakukan pergi ke fasilitas kesehatan. Cari rumah sakit yang tepat, yang bisa melayani cepat, 4,5 jam itu periode emas. Satu detik bisa bermanfaat mencegah kematian sel saraf. Kalau kita delay sejam dua jam akibatnya akan buruk," kata Mursyid.
Dokter yang juga direktur utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta itu mengatakan kecacatan bisa terjadi bila penanganan terlambat diberikan, bisa bervariasi dari yang tak terlihat seperti gangguan konsentrasi, masalah mengingat, hingga kasat mata, antara lain melemahnya anggota gerak yang bahkan membuat pasien selamanya harus beraktivitas di atas tempat tidur.
Terkait kejadian stroke, Ketua Indonesian Stroke Society (ISS) sekaligus dokter spesialis saraf Adin Nulkhasanah mengatakan kondisi ini akibat terganggunya peredaran darah otak, bisa akibat sumbatan (80 persen) atau pendarahan.
"Karena sumbatan ini dan gangguan pembuluh darah di otak, fungsi-fungsi di otak juga terganggu," jelasnya. Adin memprediksi kejadian stroke yang meningkat seiring masih tingginya angka faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes.
Baca juga: Kiat Cegah Stroke di Usia Muda