TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah survei menunjukkan bagaimana para mahasiswa menghadapi pandemi Covid-19 dan mengidentifikasi kekhawatiran mereka terhadap masa depan. Survei New America and Third Way bersama perusahaan riset Global Strategy Group, ini berlangsung pada 29 April sampai 13 Mei 2021 melalui daring.
Jajak pendapat itu melibatkan 1.002 mahasiswa, termasuk para pelajar yang tahun ini akan masuk ke perguruan tinggi. Secara umum, para mahasiswa ini menilai pihak kampus telah berusaha menyesuaikan proses belajar di masa pandemi Covid-19 melalui belajar daring. Di awal pagebluk, para pengajar juga memberikan informasi yang jelas tentang apa itu virus corona dan bagaimana menghindarinya.
Sebanyak 53 persen mahasiswa percaya wabah telah tertangani dengan adanya vaksinasi secara merata. Bahkan generasi muda ini menyatakan tak khawatir terinfeksi virus corona. Para mahasiswa dalam suvei tersebut setuju apabila proses seleksi mahasiswa baru menyertakan syarat vaksinasi untuk mencegah tingkat keparahan jika terkena Covid-19. Sebab itu, mereka berharap kondisi perkuliahan kembali seperti semula.
Penasihat kebijakan Third Way, Shelbe Klebs yang juga menulis laporan jajak pendapat ini mengatakan, respons universitas dalam menghadapi pandemi dan mengelola kegiatan perkuliahan mampu membangun rasa optimisme kepada mahasiswa. Meski begitu, generasi muda ini masih khawatir tentang kondisi ekonomi dan prospek kerja mereka, khususnya yang lulus kuliah saat pandemi dan mahasiswa di semester akhir.
"Hanya 26 persen mahasiswa yang percaya kondisi perekonomian akan membaik, 33 persen berpikir kondisi ekonomi memburuk, dan sisanya tidak tahu," katanya. Pesimistis dalam pertumbuhan ekonomi ini, Klebs melanjutkan, membuat para mahasiswa mempertanyakan peluang mereka dalam mendapatkan pekerjaan. Mereka khawatir banyak perusahaan kolaps selama pandemi dan itu berakibat pada penyerapan tenaga kerja. Ditambah proses belajar lewat daring yang dianggap kurang mengelaborasi kemampuan dan untuk mahasiswa yang membutuhkan praktikum menjadi tidak maksimal.
Mengenai kondisi perekonomian ini, menurut Klebs, para mahasiswa merefleksikan apa yang terjadi dengan kendala finansial yang mereka hadapi. "Sebanyak 47 persen mahasiswa mengalami kesulitan keuangan selama pandemi," katanya. Dari jumlah mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial ini, sebanyak 62 persen mengaku keberatan dalam membayar biaya kuliah, dan sisanya kesulitan memenuhi kebutuhan non-pendidikan.
NATHASYA ESTRELLA | FORBES