TEMPO,CO, Jakarta - Tes urine sering digunakan untuk menganalisis keberadaan obat-obatan terlarang dan resep obat tertentu pada tubuh seseorang. Tes urine juga digunakan untuk mendeteksi apakah wanita sedang hamil atau tidak, namun bisakah tes urine digunakan untuk deteksi keberadaan penyakit?
Melansir Healthline pada situs healthline.com, tes urine bisa digunakan untuk mendeteksi beberapa penyakit tertentu, yang terkait dengan paru-paru, ginjal, saluran kemih, kulit, diabetes, dan kandung kemih. Sebab, apabila salah satu dari organ tubuh tersebut mengalami masalah, ia akan mempengaruhi penampilan, konsentrasi, dan kandungan urine seseorang.
Namun, tes urin untuk mendeteksi penyakit berbeda jenis dengan tes urine obat-obatan dan kehamilan, meski ketiganya sama-sama melibatkan urine sebagai sampel. Tes urin penyakit dikenal dengan urinalisis, yaitu tes laboratorium yang membantu dokter mendeteksi masalah yang mungkin ditunjukkan oleh urin seseorang.
Biasanya, dokter juga menyarankan seseorang melakukan tes urinalisis apabila pasien mengalami gejala tertentu, termasuk: sakit perut, sakit punggung, darah dalam urin, dan buang air kecil yang menyakitkan.
Bagaimana urinalisis menunjukkan sebuah penyakit?
Berdasar Mayoclinic pada situs mayoclinic.org, sampel urin yang didapat akan menunjukkan reaksi saat dilakukan tes kimia, ia akan berubah warna jika ada zat tertentu atau jika kadarnya di atas normal, ujinya meliputi:
1. Keasaman (pH)
Apabila tingkat pH menunjukkan jumlah asam dalam urine. Tingkat pH yang tidak normal dapat mengindikasikan gangguan ginjal atau saluran kemih.
2. Konsentrasi
Ukuran konsentrasi, atau berat jenis, menunjukkan seberapa terkonsentrasi partikel dalam urine. Konsentrasi yang lebih tinggi dari normal seringkali merupakan akibat dari tidak minum cukup cairan.
3. Protein
Kadar protein yang rendah dalam urin adalah normal. Peningkatan kecil protein dalam urine biasanya tidak perlu dikhawatirkan, tetapi jumlah yang lebih besar dapat mengindikasikan masalah ginjal.
4. Gula
Umumnya jumlah gula (glukosa) dalam urin terlalu rendah untuk dideteksi. Setiap deteksi gula pada tes ini biasanya memerlukan tes lanjutan untuk indikasi diabetes.
5. Keton
Seperti halnya gula, jumlah keton yang terdeteksi dalam urine bisa menjadi tanda diabetes dan memerlukan tes lanjutan.
6. Bilirubin
Bilirubin adalah produk pemecahan sel darah merah. Biasanya, bilirubin dibawa dalam darah dan masuk ke hati, di mana ia dikeluarkan dan menjadi bagian dari empedu. Bilirubin dalam urine dapat menunjukkan kerusakan atau penyakit hati.
7. Bukti infeksi
Jika nitrit atau leukosit esterase – produk sel darah putih – terdeteksi dalam urine, itu mungkin merupakan tanda infeksi saluran kemih.
8. Darah
Apabila ditemukan darah dalam tes urine, maka diperlukan pengujian tambahan, ini mungkin merupakan tanda kerusakan ginjal, infeksi, batu ginjal atau kandung kemih, kanker ginjal atau kandung kemih, atau kelainan darah.
DELFI ANA HARAHAP
Baca: Minum Urine untuk Kesehatan Berkhasiat atau Justru Bahaya