TEMPO.CO, Jakarta - Gaya hidup hybrid menjadi perilaku baru yang mau tidak mau harus dijalankan di masa pandemi Covid-19. Karena harus menjaga jarak dan pergaulan sosial, banyak hal harus dilakukankan secara virtual dan sebagiannya lagi tatap muka.
Mode hidup yang sebagian offline dan sebagian lagi online, memang harus dijalani untuk mencegah penularan Covid-19. Kebijakan PPKM yang diberlakukan pemerintah adalah bagian dari implementasi gaya hidup hybrid. Ada yang bekerja dari rumah dan ada yang bekerja di kantor.
Meski dinilai memiliki banyak manfaat untuk mencegah penularan Covid-19, masyarakat juga perlu waspada agar kehidupan hybrid tidak berdampak negatif pada kesehatan.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Siska Wiramihardja, dr., MKes., SpGK., mengatakan bahwa untuk menjalani kehidupan hybrid perlu diimbangi dengan gaya hidup sehat.
Disamping memiliki banyak manfaat untuk mencegah penularan Covid-19 karena tidak bersua, masyarakat juga perlu waspada bahwa kehidupan hybrid punya dampak negatif pada kesehatan, seperti zoom fatigue dan obesitas.
“Gaya hidup sehat di era hybrid ini telah menjadi keniscayaan,” kata Siska pada Webinar “Wellbeing in Hybrid Life” yang digelar secara daring, Rabu 25 Agustus 2021dikutip dari situs resmi unpad.ac.id.
Lebih lanjut lagi, kata Siska saat seseorang menjalani kehidupan hybrid, biasanya akan kurang pergerakan tubuh, sebab hanya duduk di depan monitor, kondisi ini justru menyebabkan menaiknya berat badan.
Tak sedikit pula yang bekerja sambil duduk bahkan rebahan, sambil mengonsumsi kudapan yang kurang sehat. Sehingga gaya hidup yang tidak sehat ini berdampak pada peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Ujung-ujungnya kasus obesitas memicu risiko kesehatan, termasuk risiko infeksi Covid-19. Pasalnya jika terpapar, orang dengan obesitas berisiko mengalami gejala yang lebih parah dibandingkan mereka yang memiliki IMT normal. Untuk itu, Siska mengingatkan untuk tetap menjaga berat badan yang ideal denganrutin berolahraga dan mengatur pola makan yang sehat.
Siska juga menjelaskan penyebab zoom fatigue karena menatap layar telalu intens, sehingga terjebak pada konsentrasi tinggi, melihat diri sendiri secara konsisten, mobilitas fisik berkurang, dan lingkungan yang kurang kondusif.
Supaya seimbang Siska pun menyarankan untuk dapat mengatur jadwal rapat atau bisa dengan menggunakan alternatif lain dalam menjalani aktivitas di era gaya hidup hybrid. Selain itu, yang tak kalah pentingnya ia juga menyarankan untuk tetap menjaga kesehatan mata.
RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION
Baca juga: 7 Gaya Hidup yang Didukung Sains untuk Umur Panjang yang Sehat