Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bahaya Berkomentar Negatif di Media Sosial

Reporter

image-gnews
Ilustrasi aplikasi media sosial di telepon genggam/hyppe
Ilustrasi aplikasi media sosial di telepon genggam/hyppe
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pegiat Gerakan Literasi Digital Nasional (GLDN) Siberkreasi, Dennis Adhiswara, mengharapkan pengguna media sosial tidak hanya mahir menggunakan fitur-fitur tapi juga bisa menerapkan empati saat berkomentar di dunia maya. Hal itu disampaikannya menanggapi masih banyaknya masyarakat Indonesia yang kerap membuat komentar buruk atau tidak membangun pada konten-konten yang dibuat di lini media sosial.

"Kita semua tahu internet sekarang bisa diakses dari anak yang paling kecil sekali pun sampai manula. Apalagi di zaman pandemi, orang tua yang sibuk menjadikan gadget sebagai babysitter untuk mengurus anak. Masalahnya, saat ini kita tidak pernah tahu orang-orang dengan gadget di seberang sana bagaimana kondisinya," kata Dennis.

Dennis mengatakan warganet yang suka berkomentar negatif seringkali tidak sadar konten ataupun komentar-komentar itu bisa saja dibaca oleh anak-anak di bawah umur.

"Mungkin dia bicara yang jelek- jelek karena pikirannya lagi kalut atau banyak pikiran. Cuma harus dipikirkan masak-masak ketika membuat komentar agar tidak memancing hal-hal buruk. Mungkin hari-hari ini masyarakat harus belajar memiliki empati, pikirkan orang yang ada di seberang gawai saat mau berkomentar," tambah Dennis.

Ia turut berharap masyarakat bisa menyamakan kondisi saat berkomunikasi di media sosial secara digital maupun secara langsung agar komentar-komentar buruk atau konten yang tidak membangun tak perlu muncul dan akhirnya memberi dampak buruk bagi masyarakat luas. Aktor sekaligus kreator konten itu pun menyayangkan perilaku masyarakat yang tidak memikirkan matang- matang sebelum mengetik sesuatu dan menjadikannya komentar atau konten negatif.

Tidak sedikit orang yang berkomentar negatif menggunakan kata-kata kasar sampai hinaan, yang terkadang tidak berhubungan dengan konten yang dibuat oleh kreator konten.

"Padahal, kalau membuat konten yang baik atau komentar yang positif tentu tujuannya lebih baik, ketika kamu jadi solusi bagi banyak komunitas, kamu akan membuka pintu-pintu rezeki yang selama ini tertutup. Karena dengan ngata-ngatain orang lain, kamu merendahkan orang lain, kamu malah menutup pintu rezeki. Kamu menutup pintu rezekimu sendiri apalagi kalau marah-marah lewat komentar, memangnya kamu yakin bisa tidur tenang setelah berkomentar buruk," kata Dennis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pernyataan Dennis dikuatkan oleh psikolog Saskhya Aulia Prima dari Tiga Generasi, yang menyebut dengan berempati di media sosial maupun membuat konten-konten edukatif, kondisi seseorang akan lebih sehat secara mental maupun fisik. Saskhya mengatakan membuat kebaikan, apalagi di media sosial, membuat efek yang baik tidak hanya dari sisi rezeki namun juga untuk kesehatan, baik fisik maupun mental.

"Karena hidupnya jadi lebih adem, karena dengan melihat sesuatu yang positif, jiwa pun jadi sehat. Bayangkan kalau semua kebaikan redup. Tentu kesehatan dari segi mana pun menurun padahal itu dibutuhkan manusia," urai Saskhya.

Ia pun menyebutkan jika orang terlalu sering terpapar konten negatif atau komentar buruk, maka bisa terjadi pemburukan dari sisi kesehatan maupun mental. Orang bisa berkelakuan sangat buruk dan bahkan terus menerus sedih ketika terpapar hal negatif, bahkan tak sedikit yang akhirnya mengalami gangguan kesehatan secara fisik karena terlalu banyak mendapatkan respons negatif.

Untuk itu, Saskhya menyarankan saat orang mendapatkan komentar buruk atau akan berkomentar buruk lebih baik kembali berpikir dan mengontrol diri agar tidak memberi dampak yang negatif pada kehidupan pribadi. Menurut Saskhya, kuncinya ada pada hal yang bisa dikendalikan. Sementara bila berfokus pada komentar, otomatis itu tidak akan bisa dikontrol.

"Itu dibuang saja. Kendalikan dan fokus pada hal-hal yang bisa kita kontrol, misalnya kalau tidak suka satu konten karena insecure dilewati saja, tidak perlu memberikan komentar negatif. Atau menerima komentar buruk, tidak perlu diladeni. Do whatever works for you sehingga mood lebih enak dan tentu hidup lebih baik," kata Saskhya.

Baca juga: Cara Influencer Raup Uang dari Media Sosial

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kelola Penggunaan Media Sosial agar Tidak Stres dengan Tips Berikut

18 jam lalu

Ilustrasi bermain media sosial. (Unsplash/Leon Seibert)
Kelola Penggunaan Media Sosial agar Tidak Stres dengan Tips Berikut

Berikut beberapa tips untuk meminimalkan dampak penggunaan media sosial terhadap tingkat stres pada peringatan Bulan Kesadaran Stres.


Sederet Fakta Khatib Salat Id di Bantul Singgung Dugaan Kecurangan Pemilu dan Berujung Minta Maaf

2 hari lalu

Ilustrasi salat Idul Fitri. REUTERS
Sederet Fakta Khatib Salat Id di Bantul Singgung Dugaan Kecurangan Pemilu dan Berujung Minta Maaf

Khatib salat Id di Bantul, Yogyakarta, mendadak viral di media sosial karena mengangkat materi dugaan kecurangan Pemilu 2024. Berikut sederet faktanya


Kak Seto Minta Game Mengandung Kekerasan dan Konten Negatif Diberantas

3 hari lalu

Ilustrasi anak main game. Shutterstock.com
Kak Seto Minta Game Mengandung Kekerasan dan Konten Negatif Diberantas

Kak Seto mengatakan game atau permainan dengan kekerasan dan konten negatif mesti dibersihkan karena berdampak buruk pada anak.


Salam Lebaran Komeng dan Keluarga, Tak Lupa Spontan Uhuy

5 hari lalu

Komedian Komeng dan keluarga saat Idul Fitri 1445 H/Instagram- @komeng.original
Salam Lebaran Komeng dan Keluarga, Tak Lupa Spontan Uhuy

Komedian Komeng menyapa netizen di lini masa media sosial pada Hari Raya Idul Fitri 1445 H dengan cara yang unik bersama keluarganya.


Warganet Mengeluh Susah Dapat Ojol, Ternyata Ini Alasannya

8 hari lalu

Pengemudi ojol Grab menjemput penumpang di Stasiun Cawang, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2024. Grab Indonesia menyatakan tidak akan memberikan THR, tetapi akan memberikan insentif khusus hari raya Idulfitri 2024 kepada mitra ojol. TEMPO/Subekti.
Warganet Mengeluh Susah Dapat Ojol, Ternyata Ini Alasannya

Menjelang Lebaran 2024, warganet mengeluhkan sulit mendapatkan ojek online (ojol). Lantas, apa yang menyebabkan kesulitan mencari ojol?


BEM UI Kritik Penganiayaan TNI Terhadap Warga Papua, Dibalas Serbuan Tantangan KKN di Wilayah KKB Papua

9 hari lalu

Unggahan BEM UI di Instagram pad 26 Maret 2024. Instagram/bemui_official
BEM UI Kritik Penganiayaan TNI Terhadap Warga Papua, Dibalas Serbuan Tantangan KKN di Wilayah KKB Papua

Ini berawal saat BEM UI mengunggah kritik yang menyoroti kasus penganiayaan warga di Papua oleh aparat.


Mengenal Istilah Viral Mulai dari War Takjil sampai War Tiket

11 hari lalu

Pembeli membeli takjil untuk berbuka puasa pada bulan Ramadan di Jalan Panjang, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Pedagang takjil disini menjadi alternatif warga Jakarta dan sekitarnya yang mencari beraneka ragam hidangan berbuka puasa di bulan Ramadan. TEMPO/Fajar Januarta
Mengenal Istilah Viral Mulai dari War Takjil sampai War Tiket

Media sosial sedang diramaikan dengan istilah war takjil, war telur, dan war tiket belakangan ini. Begini maksudnya.


Kenali Ancaman Otak Popcorn, Gangguan Fokus Akibat Sering Main Media Sosial

13 hari lalu

Ilustrasi bermain media sosial. (Unsplash/Leon Seibert)
Kenali Ancaman Otak Popcorn, Gangguan Fokus Akibat Sering Main Media Sosial

Otak popcorn berasal dari sebuah kondisi otak seseorang terus berpikir dari satu pikiran ke pikiran yang lain dalam sekejap seperti biji popcorn.


Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

15 hari lalu

Ilustrasi berbagi foto kuliner di media sosial. Digitalcoco.com
Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

Bolehkah mengunggah konten atau foto-foto makananan dan kuliner saat orang tengah berpuasa Ramadan? SImak penjelasan berikut.


Beberkan Penanganan Kasus Plagiat Safrina, FEB Unair: Ini Bukan Hal Baru

16 hari lalu

Ilustrasi plagiat
Beberkan Penanganan Kasus Plagiat Safrina, FEB Unair: Ini Bukan Hal Baru

FEB Unair menyatakan telah bertindak proaktif dalam kasus plagiarisme atau penjiplakan tugas mata kuliah oleh mahasiswanya yang bernama Safrina.